Juli 17
Rahasia Percaya (dan Ketaatan)
Jawab Saulus: ‘Siapa Engkau, Tuhan?’
(Kisah Para Rasul 9:5)
Intro:
Hari ini, renungan yang berjudul “Rahasia Percaya (dan Ketaatan)” berbicara tentang ketaatan kepada Allah. Allah tidak pernah memaksa seseorang untuk taat, seperti halnya dengan Saulus. Ketaatan yang benar bersumber dari hubungan dan pengakuan akan Allah yang suci, yang memberi perintah. Dan, jika kita melakukan sikap tidak mau taat ini, kitalah yang menarik diri dari “recreating power” atau kuasa penciptaan kembali penebusan-Nya dalam hidup kita.
Renungan:
MELALUI mukjizat penebusan, Saulus dan Tarsus mendadak berubah dan seorang Farisi yang berpendirian kuat dan keras menjadi seorang hamba Tuhan Yesus yang rendah hati dan penuh pengabdian.
Tidak ada sesuatu pun yang ajaib atau misteri mengenai hal-hal yang dapat kita jelaskan. Kita mengendalikan hal yang sanggup kita jelaskan, karena itu wajarlah untuk mencari penjelasan tentang segala sesuatu.
Bukanlah sesuatu hal yang biasa atau wajar untuk taat, tetapi tidaklah harus secara moral salah untuk tidak taat. Takkan ada ketidaktaatan yang sesungguhnya, dan juga tidak ada kebajikan moral di dalam ketaatan, kecuali seseorang mengakui penguasa lebih tinggi yang memberikan perintah.
Jika pengakuan (pada penguasa yang lebih tinggi) ini tidak ada, bahkan orang yang memberikan perintah dapat memandang ketidaktaatan orang lain sebagai hak atau kebebasan orang tersebut.Jika seseorang memberi perintah pada orang lain dengan berkata, “Anda harus berbuat ini,” dan “Anda akan berbuat itu,” dia mematahkan semangat dan keadaan tersebut menjadikannya tidak layak bagi Allah. Seseorang hanya akan menjadi budak yang harus patuh atau taat, kecuali di balik ketaatannya ada pengakuan akan Allah yang suci.
Banyak orang mulai datang kepada Allah setelah mereka berhenti sekadar beragama, karena hanya ada satu penguasa hati manusia yaitu Yesus Kristus, bukan agama. Akan tetapi, “ Celakalah aku ” jika setelah melihat Dia masih tidak mau taat. (Yesaya 6:5, juga lihat ayat 1).
Yesus takkan pernah memaksa agar saya taat, tetapi jika saya tidak taat, maka saya telah menandatangani surat kematian Anak Allah dalam jiwa saya. Bila saya berhadapan langsung dengan Yesus dan berkata, “Aku tidak mau taat,” Dia tidak akan pernah memaksa.
Akan tetapi, bila saya melakukan hal ini (hal tidak mau taat), saya menempuh jalan mundur dari recreating power atau kuasa penciptaan kembali penebusan-Nya. Namun, betapa buruk dan gagalnya pun saya, tidak ada bedanya bagi kasih karunia Allah, asalkan saya mau datang kepada terang. Akan tetapi, “ Celakalah aku ” jika menolak terang itu. (lihat Yohanes 3:19-21).
Penulis : Oswald Chamber
Sumber : Sabda.Net, M. Agustinus Purba