Pneumatologi, Pemikiran Yang Belum Selesai
BeritaMujizat.com – Teologi – Allah tritunggal adalah keunikan teologi kristen yang membedakan kekristenan dari keesaan agama Yahudi, atau tauhid Islam. Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus dipercaya sebagai Tuhan yang esa, tapi masing-masing memiliki kepribadian yang berbeda, dan memiliki peran masing-masing dalam sejarah manusia.
Kekristenan arus utama (mainstream) percaya bahwa ketritunggal Allah berpusat kepada ketuhanan Yesus Kristus, dan juga karyaNya di kayu salib, yaitu mati dan bangkit untuk menghapus dosa, sekaligus menebus umat manusia.
Paulus mengingatkan rasul muda, Timotius, untuk selalu mengingat inti dari Injil (kabar baik) “Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku.” (II Tim. 2:8)
Sampai disini, pemikiran-pemikiran kristen arus utama sudah “selesai”. Perbedaan-perbedaan yang ditemukan diluar pemikiran tersebut bisa dikategorikan bidat, atau menimal penyimpangan yang melahirkan arus denominasi yang “beda”.
Teologi karismatik reformasi, dari sudut pandang lain, melihat bahwa pemikiran kristen arus utama harus dikembangkan bukan hanya sampai di teologi dan kristologi yang solid, tapi juga harus menyadari bahwa pneumatologi belum selesai.
Roh Kudus sebagai pribadi Allah yang ke-3 belum mendapat tempat yang selayaknya dalam pemikiran-pemikiran kristen arus utama. Bahkan, sangat disayangkan, pemikir-pemikir injili bisa terjatuh kepada pemikiran cessationist, yaitu pemikiran yang percaya bahwa supranatural tidak terjadi lagi di dunia modern. Mujizat sudah tidak ada. Roh Kudus tidak menginspirasi lagi secara langsung kepada pribadi-pribadi.
Pertempuran pemikiran tentang peran Roh Kudus akan melahirkan dua kubu humanis injili atau karismatik injili. Sama-sama memiliki pemikiran kristologi yang sama, tapi bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sangatlah berbeda.
Realitas ini harus disikapi bijak. Minimal, dunia kekristenan harus menerima kenyataan bahwa kerja Roh Kudus “belum selesai”. Berbeda dengan karya Kristus yang “sudah selesai”. Sampai dikitab Wahyu, semua jemaat diperingatkan untuk selalu mendengar apa yang Roh Kudus katakan (Wah. 2:7,11,17,19;3:6,13,22).
Satu hal yang perlu digarisbawahi, humanis Injili maupun karismatik Injili keduanya sebenarnya percaya bahwa Roh Kuduslah pribadi Allah yang mampu membuka rahasia-rahasia kebenaran Firman Tuhan (logos) menjadi Firman Tuhan yang sudah diwahyukan (rhema). Sebab itu, solusi yang seharusnya terjadi adalah menyelesaikan pneumatologi, atau tepatnya terus bergerak bersama Roh Kudus sampai kesempurnaan gereja terjadi. Para pemikir, penulis, dan pengajar terus mengikuti kerja Roh Kudus dan menuliskannya satu musim demi satu musim.
Penulis : Hanny Setiawan
Gambar : bagas.org