Penglihatan (Visi) dan Kegelapan – 19 Januari
Menjelang matahari terbenamn tertidurlah Abram dengan nyenyak. Lalu turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan.
(Kejadian 15:12)
Intro:
Renungan hari ini memberikan pertanyaan kepada kita, “Adakah saya mengandalkan kekuatan lahiriah? Atau, sudahkah saya belajar untuk tidak mengandalkan keyakinan pada diri sendiri dan pada saudara Kristen yang lain? Apakah saya menaruh kepercayaan pada buku-buku, doa-doa, atau kesukaan lainnya dalam hidup saya? Atau, sudahkah saya menaruh keyakinan saya kepada Allah sendiri, dan bukan pada berkat-berkat-Nya?”
Renungan:
Apabila Allah memberikan penglihatan atau visi kepada seseorang Kristen, hal itu seolah-olah Dia (Allah) meletakkan orang tersebut dalam “naungan tangan-Nya” (Yesaya49:2). Kewajiban orang kudus adalah diam/teduh sambil mendengar. Ada suatu “kegelapan” akibat dari terlampau banyak cahaya — itulah saatnya untuk mendengarkan.
Kisah Abram dan Hagar dalam Kejadian 16 adalah contoh yang sangat baik tentang mendengarkan “nasihat bijak” selama masa kegelapan, dan bukannya menantikan Tuhan mengirim terang-Nya. Bila Tuhan memberikan penglihatan kepada Anda, kemudian disusul kegelapan, nantikanlah. Allah akan mewujudkan penglihatan itu dalam hidup Anda asalkan Anda mau menantikan waktu yang ditentukan-Nya. Jangan sekali-kali berusaha membantu Allah untuk menggenapi perkataan-Nya. Abram melewati tiga belas tahun (dalam) kesunyian, tetapi selama tahun-tahun tersebut semua rasa kesanggupan diri atau “self sufficiently”-nya dihancurkan. Dia bertumbuh meninggalkan titik ketergantungan pada akal sehat atau penalarannya sendiri. Tahun-tahun kesunyian itu merupakan masa disiplin, bukannya suatu masa Allah tidak berkenan kepadanya.
Tidak perlu berpura-pura bahwa hidup Anda penuh dengan sukacita dan keyakinan. Nantikanlah Tuhan dan perkuat landasan Anda di dalam Dia (lihat Yesaya 50:10-11).
Adakah saya mengandalkan kekuatan lahiriah? Atau, sudahkah saya belajar untuk tidak mengandalkan keyakinan pada diri sendiri dan pada saudara Kristen yang lain? Apakah saya menaruh kepercayaan pada buku-buku, doa-doa, atau kesukaan lainnya dalam hidup saya? Atau, sudahkah saya menaruh keyakinan saya kepada Allah sendiri, dan bukan pada berkat-berkat-Nya?
“Akulah Allah yang Mahakuasa — ElSha-dai, Allah pemilik segala kuasa” (Kejadian 17:1), kata firman Tuhan. Alasan mengapa kita semua didisiplin adalah supaya kita mengenal bahwa Allah itu nyata. Sekali Allah menjadi nyata bagi kita, dibandingkan dengan apa atau siapa pun akan tampak kalah atau pudar, hanya menjadi bayang-bayang dari kenyataan. Tidak ada perbuatan atau perkataan orang percaya lain yang akan pernah menggoyahkan orang yang dibangun berlandaskan Allah.
Penulis : Oswald Chambers
Sumber : Sabda.Net, M. Agustinus Pur