ProfetikTeologi

Pandangan Teologis Tindakan Profetik (Prophetic Act)


BeritaMujizat.com – Profetik – Tindakan profetik merupakan salah satu bentuk pewahyuan yang paling unik dalam Alkitab karena menghadirkan firman Allah bukan hanya melalui kata-kata, tetapi melalui tubuh, benda, dan tindakan konkret yang terjadi dalam ruang dan waktu manusia. Dalam tradisi biblis, Allah tidak sekadar berbicara kepada umat, tetapi berbicara melalui dunia yang mereka lihat, sentuh, dan jalani.

Karena itu, pembacaan teologis atas tindakan profetik menuntut pemahaman yang mendalam tentang hubungan antara Roh, materi, dan tubuh sebagai medium pewahyuan. Di sinilah tindakan profetik menjadi saksi kuat bahwa realitas material tidak berada di luar jangkauan Allah. Justru melalui hal-hal sederhana yang tampak biasa, Allah menyatakan kehendakNya.

Dalam Perjanjian Lama, nabi-nabi memerankan firman melalui tindakan yang melibatkan tubuh mereka secara penuh. Yesaya berjalan telanjang sebagai tanda penghukuman Mesir dan Etiopia (Yes 20:2–3). Yeremia menyembunyikan sabuk lenan hingga rusak dan memecahkan kendi tanah sebagai deklarasi kehancuran Yerusalem (Yer 13:1–11; 19:1–12). Yehezkiel berbaring di satu sisi dan menimbang rambutnya sebagai gambaran nasib Israel (Yeh 4–5). Hosea diperintahkan untuk menikahi Gomer sebagai ikon relasi Allah dan Israel (Hos 1–3). Dalam semua ini, tindakan profetik tidak dipisahkan dari dunia material; justru materi menjadi bahasa yang membawa bobot ilahi.

Perjanjian Baru meneruskan pola tersebut dengan cara yang lebih menyentuh kehidupan jemaat. Yesus memakai lumpur dan air liur untuk membuka mata orang buta (Yoh 9:6–7). Perempuan yang sakit bertahun-tahun mengalami pemulihan hanya melalui sentuhan terhadap jubahNya (Mark 5:27–30). Bayang-bayang Petrus menjadi medium kuasa (Kis 5:15–16), dan kain dari tubuh Paulus membawa kesembuhan (Kis 19:11–12). Agabus memperagakan nubuat dengan mengikat dirinya memakai ikat pinggang Paulus (Kis 21:10–11). Semua contoh ini menunjukkan bahwa Allah sering memilih cara yang paling sederhana, paling manusiawi, dan paling material untuk menyatakan realitasNya.

Fondasi teologis bagi pemahaman ini berakar pada warisan anti-Gnostik gereja mula-mula. Irenaeus mengajarkan bahwa Allah tidak menyelamatkan jiwa saja tetapi seluruh keberadaan manusia, termasuk tubuh, sehingga materi memiliki tempat dalam ekonomi keselamatan. Athanasius melihat Inkarnasi sebagai tindakan Allah yang memulihkan ciptaan melalui tubuh Kristus, dan Maximus the Confessor menegaskan bahwa materi membawa “logoi”—jejak ilahi—yang semuanya menuju kepada Logos. Palamas menunjukkan bahwa energi ilahi dapat dialami manusia dalam dunia material. Seluruh tradisi ini dapat dirangkum sebagai pemahaman bahwa materi bukan sekadar latar pasif, melainkan ruang yang dapat membawa dan menyalurkan kehidupan Allah.

Dari fondasi ini menjadi jelas bahwa tindakan profetik bukan fenomena spektakuler yang berdiri terpisah dari kehidupan sehari-hari. Ia justru mengangkat hal-hal natural dan sederhana menjadi sarana kehadiran Allah. Roh Kudus dapat menuntun seseorang melalui gerak tubuh, melalui suara yang lembut, melalui benda yang dipakai sebagai tanda, atau melalui tindakan kecil yang tidak disadari memiliki bobot rohani.

Dalam hal ini, kehidupan sehari-hari menjadi ruang yang penuh makna karena materi dapat berfungsi sebagai saluran hikmat dan arah ilahi. Ketika seseorang peka terhadap Roh dalam keseharian, ia dapat menemukan bahwa Tuhan berbicara melalui hal-hal yang di permukaan tampak biasa. Ini sejalan dengan pola Alkitab, di mana Allah menggunakan sabuk, kendi, tanah, bayangan, dan jubah sebagai medium ilahi.

Dalam konteks gereja masa kini, kepekaan terhadap tindakan profetik menuntut kedewasaan rohani dan kemampuan membedakan. Namun ketika tindakan profetik sejati muncul, ia membawa dampak yang tidak bisa dicapai oleh kata-kata saja.

Ia menggugah hati, menyingkap hal tersembunyi, dan mengarahkan umat kepada pekerjaan Allah yang sedang berlangsung. Gereja dipanggil untuk tidak mengabaikan bahwa Roh Kudus masih memakai hal-hal sederhana untuk menuntun umatNya. Dunia ciptaan tetap menjadi ruang partisipatif, tubuh manusia tetap menjadi instrumen pewahyuan, dan tindakan sehari-hari tetap dapat menjadi tanda kehadiran Allah jika dijalani dalam ketaatan dan kepekaan.

Dengan demikian, tindakan profetik adalah pengingat bahwa Allah bekerja bukan hanya melalui yang spektakuler, tetapi juga melalui yang natural. Firman yang hidup tidak hanya terdengar, tetapi dapat dilihat, disentuh, dan dialami melalui tindakan yang tampak sederhana namun sarat makna. Ini adalah undangan bagi gereja untuk hidup dalam kesadaran bahwa setiap ruang, setiap benda, dan setiap gerak dapat menjadi tempat Allah menyatakan diriNya.

Penulis. Pdt.Dr.Hanny Setiawan,MBA

Comments

Hanny Setiawan

Seorang biasa dari keluarga biasa yang dipanggil oleh Tuhan yang luar biasa untuk membangun Indonesia Baru. Indonesia baru yang akan membawa kembali api pergerakan dari Timur sampai Yerusalem melalui Asia Tenggara, India, sampai Timur Tengah. #destiny

Related Articles

Back to top button