Monas Saksi Bisu Kekejaman Kelompok Oportunis Politik yang Memanfaatkan Isu Agama!
BeritaMujizat.com – Poleksosbud – Monas kembali menjadi saksi bisu kekejaman kelompok oportunis politik yang memanfaatkan agama untuk kepentingan politik tertentu. Kelompok oportunis ini memanfaatkan isu-isu sensitif agama mulai dari kasus penistaan Ahok hingga tragedi di Israel Palestina, sebagai momentum yang tepat untuk bergerak.
Mereka memanfaatkan isu-isu sensitif tersebut untuk menggerakan kekuatan massa dari seluruh pelosok negeri. Setelah massa terkumpul dan gerakan terbentuk, mereka mengambil panggung untuk berorasi politik. Seperti halnya yang terjadi kemarin waktu demo 115 di Monas.
Ditengah masa yang sedang berkumpul untuk maksud membela Palestina dan menentang kebijakan AS yang akan memindahkan kedutaannya di Yerusalem, terdengar teriakan dari panggung yang menyinggung soal ganti presiden (sumber)
Aksi 115 seakan mengingatkan kita tentang aksi 212 yang memenangkan Anies Baswedan dan menumbangkan Ahok dalam pilkada DKI lalu. Dalam setiap demo yang dilakukan untuk menyeret Ahok dalam penjara, terdapat arahan politik dari panggung demo untuk memilih Anies Baswedan.
Cara ini ternyata ampuh untuk membuat orang akhirnya memilih Anies Baswedan meskipun banyak orang sebenarnya masih puas dengan kinerja Ahok. Cara ini nampaknya juga akan dilakukan untuk menumbangkan Jokowi dan merebut kekuasaan di pemilu 2019.
Meskipun dampak buruk dari strategi politik semacam ini sudah semakin terasa di masyarakat seperti munculnya benih-benih perpecahan agama dan semakin mengganasnya aksi terorisme. Akan tetapi kelompok opotunis ini tidak jera-jeranya memanfaatkan kegaluan masyarakat soal isu agama yang sensitif untuk kepentingan politik.
Bahkan kelompok-kelompok ini juga tidak segan-segan menyeret Gereja dan umat Kristen untuk masuk dalam strategi politik jahat mereka. Mereka membujuk Gereja dan umat Kristen untuk menggalang massa di Monas layaknya aksi-aksi agama yang selama ini dilakukan di Monas, melalui pencabutan pergub larangan pemakaian Monas pada masa Ahok.
Gereja coba dilibatkan di Monas agar kesan angker dan cerita pilu soal pilkada DKI tertutupi. Bukannya tertutupi, justru Monas menjadi semakin angker dan semakin memunculkan cerita pilu dengan meninggalnya dua orang bocah waktu acara paskah kemarin.
Kelompok oportunis ini terbukti lebih kejam dan berbahaya daripada para narapidana teroris yang membunuh polisi di Mako Brimob kemarin. Bagi mereka yang terpenting adalah kedudukan, masalah kemanusiaan dan prinsip mereka terobos demi mendapat dukungan politik.
Mereka dengan mudah membakar api kebencian melalui isu agama yang sensitif dan mendukung paham radikal yang anti NKRI. Ketika terjadi tragedi-tragedi kemanusiaan yang berhubungan dengan isu agama, mereka dengan mudah cuci tangan dari masalah.
Lalu mereka tiba-tiba berubah menjadi orang yang cinta NKRI dan sangat perduli dengan toleransi. Ini membuktikan bahwa apapun akan mereka lakukan untuk mencitrakan dirinya sebagai pemimpin yang amanah yang di dukung oleh umat.
Jangankan membela umat, beberapa dari tokoh yang ada dipanggung demo 212 kini masuk bui karena tersandung kasus korupsi. Hal ini semakin menegaskan bahwa memilih pemimpin berdasarkan kegaluan soal agama adalah hal yang sangat berbahaya.
Kita berdoa saja agar pihak keamanan segera mengusut dengan tuntas dan jelas, kasus meninggalnya dua bocah di Monas saat acara paskah dan pembagian sembako. Ini akan membawa titik terang semua drama politik yang coba di bangun di Monas selama ini.
Kita juga tentu tidak ingin jika anak cucu kita nanti akan mengingat Monas sebagai tugu duka politisasi agama. Jangan sampai lapangan Monas beralih fungsi dan tidak nyaman lagi dikunjungi oleh warga karena kebusukan para oportunis politik yang memanfaatkan agama.
Penulis : Gilrandi ADP