Menjadi Profetis Apakah Itu Suatu Keharusan?
BeritaMujizat.com – Profetik – Hidup benar dan melakukan perintahNya dengan ketepatan Ilahi adalah kerinduaan orang percaya. Sebab itu kelompok yang percaya bahwa Tuhan masih bicara sampai hari ini, pada intinya tidak sedang membuat “Alkitab baru”.
Tapi, mereka ini percaya bahwa Alkitab berisi prinsip-prinsip Ilahi yang kekal, seperti peta (II Tim 3:16). Sementara itu, tuntunan profetis seperti GPS (Global Positioning System) yang menuntun sesuai peta-peta kekekalan itu.
Istilah profetik jadi terkesan menakutkan karena terlalu banyak disalah gunakan. Tapi sebenarnya bisa disedernahakan dengan istilah rhema yang lebih bisa diterima kalangan yang lebih besar.
Mat 4:4 mengatakan, “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman (yun : rhema) yang keluar dari mulut Allah” Jadi sudah jelas bahwa logos (Firman yang tertulis) perlu dibuka oleh Roh Kudus (Yoh 16:13) sehingga menjadi Firman yang hidup (Rhema).
Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. (Yoh 16:13)
Peran Roh Kudus bukan hanya untuk show force, atau menunjukkan kekuatan supranatural Tuhan, seperti ketika Paulus, Petrus, Filipus, dan semua orang percaya di Kisah Para Rasul yang melakukan mujizat-mujizat. Tapi yang lebih penting adalah memimpin kita. Rom 8:14 mengatakan “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah”
Dalam ilmu psikologi populer, pimpinan Roh Kudus inilah yang membuat kecerdasan spiritual atau dikenal dengan istilah SQ (Spiritual Quotient) atau SI (Spiritual Intelligence). Yusuf dipilih karena dia memperlihatkan tuntunan dan penyertaan Tuhan (Kej 39:3), bahkan seorang Firaun sampai terpesona dengan pancaran Ilahi yang keluar dari diri Yusuf:
Lalu berkatalah Firaun kepada para pegawainya: “Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah?” (Kej 41:38)
Hal yang sama terjadi ketika Petrus dan Yohanes memperlihat kecerdasan “yang tidak wajar” setelah peristiwa pentakosta. Kedua murid yang dilaporkan Lukas penulis Kisah Para Rasul sebagai “Orang yang tidak terpelajar” telah merubah dunia karena tuntunan profetis, supranatural. rhema, dan pewahyuan dari Roh Kudus.
Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus (Kis 4:13)
Peran Roh Kudus dari melahirkan ciptaan yang baru (Yoh 3:3-6), mengurapi (Luk 4:18), sampai memimpin orang percaya (Rom 8:14) pada dasarnya itulah yang disebut profetik.
Jadi, tidak perlu apatis dengan gerakan profetik, sekaligus tidak perlu terlalu mengagungkan gerakan profetik ini. Secara natural profetik itu mengalir dalam kehidupan orang percaya.
Mat 7:24-27 memperlihatkan tentang mendengar (hear) dan melakukan (obey) sebagai dasar dari rumah rohani kita. Wahyu memperlihatkan kepada kita bahwa concern Tuhan terhadap 7 jemaat akhir jaman adalah soal mendengar Dia. Sebab itu, untuk setiap jemaat Wahyu menuliskan:
Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat
(Why 2:7,11,17,29; 3:13,22)
Sudah waktunya gereja-gereja lokal menjadi tempat “pengeraman profetis” dimana setiap anggota jemaat adalah orang-orang yang mendapat pernyataan roh (1 Kor 12:7) sehingga kepentingan tubuh Kristus bisa dipenuhi.
Dengan kata lain, gereja, komunitas, ataupun kumpulan orang percaya haruslah menjadi tempat sosial untuk belajar bagaimana menjadi lebih cerdas secara rohani. Jangan justru terjadi indoktrinasi dan pembodohan rohani sehingga jemaat hanya menjadi sapi perah dan floating mass (masa mengambang) yang punya mata tapi tidak bisa melihat, punya telinga tapi tidak bisa mendengar. Perubahan!
Penulis : Hanny Setiawan
Sumber : Institut Karimastik Reformasi Indonesia