Mengapa Pelayanan Pemuda Terkesan Mati di Gereja-Gereja Lokal?
BeritaMujizat.com – Revival – Pelayanan pemuda di gereja-gereja lokal yang biasanya diadakan hari Sabtu terlihat “mati suri”. Hal ini menjadi pertanyaan kita bersama, apakah benar kekristenan sudah mati sehingga tidak ada lagi generasi yang sungguh-sungguh sepenuh hati bergerak untuk Kerajaan Surga?
Yang sedang terjadi adalah paradoks. Pelayanan gereja lokal yang berfokus kepada kebaktian umum (ibadah raya) pada akhirnya membawa kepada pelayanan pemuda menjadi pelayanan kelas dua. Paradigma atau model pelayanan inilah yang membuat pelayanan kepemudaan tidak bisa berkembang dengan platform gereja lokal.
Paradigma, model pelayanan, ataupun platform inilah yang dalam bahasa Alkitb disebut KIRBAT (wineskin). Tanpa perubahan kirbat, anggur yang baru akan menghancurkan kirbat yang lama (Mat 9:17).
Kebenaran tentang kirbat baru ini terkadang dianggap sepele oleh denominasi, sinode, institusi, dan gereja lokal yang ada. Akibatnya, kirbat menjadi robek, dan anggur tercecer kemana-mana. Anggur yang lama dan yang baru pun akhirnya harus terbuang sia-sia.
Model Apostolik Pelayanan Pemuda Yang Baru
Pelayanan pemuda bukanlah pelayanan kelas dua. Hal ini harus digarisbawahi dan dimengerti dulu. Meskipun demikian pelayanan pemuda juga bukan pelayanan terutama yang menafikan pelayanan-pelayanan yang lain. Tidak!
Model pelayanan apostolik pemuda yang baru melihat bahwa antara Guru dan Murid harus berjalan bersama. Seperti Mordekhai dan Esther, mereka mampu melayani bersama dan menyelamatkan satu bangsa.
Kitab Tawarikh mencatat bagaimana di Bait Suci umur tidak lagi menjadi prioritas, tapi kesiapan (baca : undi bicara tentang kesiapan) menjalankan tugas itu paling penting.
Jumlah mereka bersama-sama saudara-saudara mereka yang telah dilatih bernyanyi untuk TUHAN–mereka sekalian adalah ahli seni–ada dua ratus delapan puluh delapan orang. Tua dan muda, guru dan murid, membuang undi mengenai tugasnya. (I Taw 25:7-8)
Paulus – Timotius adalah bentuk pelayanan yang mencerminkan model apostolik ini juga. Dan jangan lupa bagaimana Terah, ayah Abraham, yang notabene adalah pembuat patung berhala rela mengikut Abraham keluar dari zona nyaman karena melihat ada yang beda dengan Abraham (Yos 24:2, Kej 11:32, Kej 12:4).
Letakkan Anak Panah di Tempatnya!
Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda (Maz 127:4). “ayat hafalan” pelayan pemuda seringkali disebutkan dan dikumandangkan. Tapi sayangnya ketika sampai pada pelaksanaan, pemuda, apalagi anak-anak, tidak pernah diberi kesempatan untuk mengambi keputusan strategis dalam menentukan arah pelayanan.
Tidak ada Roh Kudus yunior! Ini adalah konsep penting supaya kita bisa berjalan dalam kirbat baru pelayanan pemuda. Semua orang bisa mendapatkan pesan Ilahi. Bahkan secara “teoritis” anak-anak lebih tulus dan polos, sehingga Yesus pun mengatakan bahwa kita harus memiliki iman seperti anak-anak (Mat 18:1-5).
Roh Kudus bisa memakai siapa saja, sebab itu “microphone” bukanlah monopoli pemimpin-pemimpin dengan gelar dan posisi tertentu. Tapi microphone harus menjadi milik Roh Kudus melalui orang-orang yang disaat dan waktu tertentu mendapatkan pesan Tuhan.
Konsep sederhana ini apabila diimplementasikan dalam pelayanan yang biasa dilakukan sekarang ini akan merubah secara radikal. Dalam bahasa kekinian, ini adalah sebuah disruption model (model yang disruptif).
Bagaikan Gojek dengan Ojek biasa. Meskipun sama-sama pelayanan “taxi motor” tapi keduanya memiliki platform, model, dan bentuk kirbat yang berbeda. Pemilik ojek masih bisa memakai model lama, tapi kita semua tahu bahwa akan ketinggalan zaman.
Ini WaktuNya!
27 Desember 1949 Indonesia secara resmi diakui kedaulatannya oleh Belanda. Selama 4 tahun Indonesia mengalami perang kemerdekaan setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Jadi notabene sebenarnya Indonesia secara fakto memproklamasikan dua kali kemerdekaannya. Pertama dari Jepang, kedua dari Belanda.
Selama hampir 60 tahun, Belanda tidak bersedia mengakui kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Belanda menganggap kemerdekaan Indonesia baru terjadi pada 27 Desember 1949, yaitu ketika soevereiniteitsoverdracht (penyerahan kedaulatan) ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam. (sumber)
Secara profetis, tidaklah sebuah kebetulan ketika Bangsa-Bangsa digerakkan Tuhan untuk bersama-sama mendeklarasikan sebuah pesan berjudul It’s TIme melalui sebuah momentum yang disebut World Generation Gathering 2019. 70 tahun sudah lewat, ini waktunya Indonesia sepenuhnya merdeka!
Baca : World Generation Gathering 2019: Manifestasi 7 Tahun Nubuatan Rick Ridding
Sebuah momentum yang akan mengakselerasi sebuah model apostolik baru dalam pelayanan kepemudaan di Tubuh Kristus di Indonesia dan bangsa-bangsa. Model yang percaya bahwa pelayanan kepemudaan bukanlah pelayanan kelas dua, tapi sebuah pelayanan anak panah yang harus didepan, menjadi ujung tombak pembentukan kirbat baru. Apakah kita siap?
Penulis : Hanny Setiawan