Membangun Mezbah, Memberi Persembahan
Mari kita mengingat sebuah sejarah penting yang pernah dicatat Alkitab, “Nabi Elia VS 450 Nabi Baal” yang tercatat dalam kitab Raja-raja, yaitu ketika Nabi Elia menantang nabi Baal untuk sama-sama membuat mezbah dan menyediakan korban bakaran, namun tidak diperbolehkan menyediakan api.
Karena ‘keberhasilan’ dari “kompetisi” ini ditentukan dari ‘siapakah yang akan menyambar korban bakaran tersebut, TUHAN ALLAH atau tuhan/baal yang mereka sembah”.
Seperti yang kita ketahui bersama dari Alkitab, kemenangan terjadi di pihak Nabi Elia, dimana ternyata TUHAN ALLAH yang ia sembahlah yang mampu mengirimkan api menyambar korban persembahan tersebut.
Jika kita pelajari secara profetis, ada beberapa hal yang bisa kita tarik dari sejarah yang tertulis di dalam Alkitab tersebut.
1. Persembahan
Saat itu nabi Elia mempersembahkan korban bakaran yaitu lembu yang di sembelih. Banyak orang hanya berfokus pada korban bakaran ini. Namun coba kita cermati sebuah hal menarik yang dilakukan nabi Elia.
1 Raja-raja 18:34-35 mencatat bahwa sesudah Nabi Elia meletakkan potongan lembu untuk persembahan, ia membuat parit di sekeliling mezbah tersebut, kemudian merintahkan orang untuk menuangkan air hingga memenuhi parit tersebut.
Jika hal ini dilakukan di musim biasa mungkin akan menjadi hal yang biasa, meskipun tentu saja ini janggal karena air tentu merupakan hal yang berlawanan dengan api. Namun jika kita mengingat bahwa itu dilakukan Nabi Elia ketika Bangsa itu sedang ada di musim kemarau panjang, tentu hal ini menjadi sangat tidak biasa.
Ya, ketika itu Bangsa Israel sedang mengalami musim kemarau panjang karena Nabi Elia menubuatkan tidak ada hujan (karena dosa Raja Ahab yang menyembah patung baal mendukakan hati TUhan).
Ketika itu kurang lebih selama 3 tahun Bangsa itu mengalami musim kemarau. Tentu air menjadi barang yang sangat berharga. Namun kala itu di mezbah, Nabi Elia memerintahkan untuk menuangkan air memenuhi parit. Nabi Elia memberi yang terbaik sebagai persembahan kepada Tuhan Allah.
Dan Tuhan Allah berkenan untuk hadir dan menyatakan kebesaran-NYA melalui api yang menyambar dari langit dan mempermalukan 450 nabi baal.
Nabi Elia tidak hanya memberi persembahan yang biasa saja, tetapi nabi Elia memberi persembahan yang tidak biasa. Persembahan yang terbaik yang bisa ia berikan pada waktu itu.
2. Api yang turun
Seperti yang kita ketahui, setelah Nabi Elia mempersembahkan korban yang terbaik, api Tuhan turun menyambarnya. Api ini memperlihatkan betapa besar dan perkasanya Tuhan melebihi baal yang bahkan tidak menjawab 450 nabinya yang memanggil-manggil dari pagi hingga petang.
Namun lebih jauh, api ini melambangkan kehadiran TUHAN secara pribadi di tengah-tengah umatnya yang mencari-NYA dengan segenap hati. Dimana ada mezbah didirikan dan umat yang mencari-NYA dengan segenap hati, TUHAN hadir dan menyatakan diri-NYA, menyatakan kuasa-NYA.
Bahkan dari sejarah yang tercatat di Alkitab, apa yang dilakukan Nabi Elia ini membuat hati Bangsa Israel berbalik kepada TUHAN. Kehadiran TUHAN mampu mengubah keadaan. Kehadiran TUHAN membebaskan.
Belajar dari dua hal ini, kita melihat bagaimana sebuah mezbah dan persembahan yang terbaik itu mampu menarik hadirat TUHAN dan menghasilkan sebuah pembalikan keadaan. Disinilah pentingnya membangun mezbah doa dan membawa hidup kita di hadapan TUHAN sebagai korban yang hidup dan berkenan kepada ALLAH (Roma 12:1).
Disini mengapa harus ada lutut-lutut yang bertelut dan doa yang dinaikkan. Gerakan Kota Berdoa, Sekolah Berdoa, Marketplace Berdoa, Kampus Berdoa, bahkan Keluarga yang berdoa, dan mezbah-mezbah doa yang dibangun dimanapun berada.
Dengan mezbah yang didirikan dan persembahan kita berupa hati yang hancur dan air mata yang tercurah untuk tempat dimana TUHAN letakkan kita tersebut, TUHAN akan hadir dan menyatakan diri-NYA, kuasa-NYA, dan membawa pembalikan keadaan.
Harus ada orang-orang yang mau berdiri, seperti Nabi Elia, untuk membuat hati orang-orang kembali kepada TUHAN. Bahkan ketika kita hanya seorang diri. Sejarah mencatat, TUHAN ALLAH menunjukkan kebesaran-NYA melalui seorang Nabi Elia yang saat itu menghadapi 450 nabi baal.
Dan kita melihat, Nabi Elia melihat TUHAN dalam kesendiriannya. Karena ia mengenal benar siapa TUHANnya dan karena ia mengasihi bangsanya.
Dimanapun TUHAN menempatkan kita, berapapun jumlah orang benar yang ada bersama kita, mari kita memulainya darimendirikan mezbah yang terbaik dan berikan korban yang terbaik, melalui jam-jam doa kita, melalui tetesan air mata kita.
Biar TUHAN hadir dan melawat keluarga, sekolah, kampus, tempat kita bekerja, kota, bangsa, dimanapun kita berada. Sampai kita melihat TUHAN hadir dan melakukan pembalikan keadaan dengan tangan-NYA yang penuh kuasa.
Salam..
Penulis : Prabandandari Adinda Rukmi
Institusi : Indonesia Berdoa