Mari Kita Jaga Gereja dari Politisasi Agama yang Merusak Bangsa
BeritaMujizat.com – Poleksosbud – Sungguh miris melihat sebuah video viral yang di sampaikan oleh Arseto Pariadji, di media sosial baru-baru ini. Dia mencibir dan menjelek-jelekan Presiden Jokowi dengan kata-kata yang sesungguhnya kurang pantas untuk di tampilkan di depan publik.
Apalagi dia mengaku sebagai ketua umum PDTI (Partai Demokrasi dan Toleransi Indonesia) yang juga mendeklasrikan diri sebagai calon anggota legislatif DPRD DKI Jakarta pada Pilkada 2019 mendatang. Apa yang dia sampaikan dalam video tersebut justru dapat memancing munculnya konflik-konflik baru jelang pesta demokrasi yang sebentar lagi berlangsung.
Dalam videonya tersebut, Arseto Pariadji menyatakan pandangannya yang sangat kontroversial terhadap Presiden Jokowi. Dia dengan lantang dan sangat provokatif, menyatakan Presiden Jokowi adalah koruptor dan orang jahat. Dia bahkan merasa punya bukti kuat bahwa Presiden Jokowi melakukan tindakan kriminal.
Salah satu bukti yang dia beberkan dalam video tersebut adalah dijualbelikannya undangan pernikahan anak Presiden Jokowi sebesar 25 juta kapada orang-orang. Arseto Pariadji merasa pernah menerima tawaran undangan tersebut dari salu satu pendukung Jokowi. Akan tetapi dia langsung menolak tawaran tersebut dan menganggap bahwa ini tindakan yang melanggar hukum.
Video tersebut lantas mendapat banyak respon dan komentar dari berbagai kelompok masyarakat di media sosial. Banyak yang mengecam dan membuli sosok seorang Arseto Pariadji di media sosial setelah melihat video provokatifnya yang dia unggah di media sosial.
Menariknya banyak orang kemudian juga menyinggung sang ayah yaitu bapak Pariadji, yang merupakan salah satu pendeta pendukung acara doa ucap syukur kemenangan Prabowo-Hatta pada pada waktu pilpres lalu. Orang-orang tentu belum lupa dengan kekonyolan yang dilakukan oleh para hamba Tuhan pada waktu Pilpres lalu.
Peristiwa tersebut tentu menggambarkan dengan jelas bagaimana Gereja dengan mudah ditunggangi dan dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu demi mencapai sebuah kekuasaan. Peristiwa ini juga sempat mencoret wajah Kekristenan yang membuat orang-orang menjadi skeptis dengan Gereja.
Pantas saja muncul kecurigaan bahwa apa yang dilakukan oleh Arseto Pariadji ada hubungannya dengan kelompok-kelmpok tertentu yang merupakan oposisi Jokowi. Bukan tidak mungkin orang-orang seperti Arseto Pariadji dan kelompok-kelompok dibelakangnya kembali memanfaatkan jaringan Gereja dan umat Kristen untuk kepentingan politik tertentu.
Hal ini tentu menjadi menjadi peringatan keras untuk Gereja Tuhan dalam menghadapi pesta demokrasi yang sebentar lagi berlangsung. Gereja harus terus mengkritisi orang-orang atau kelompok yang menggunakan nama Kristen atau jaringan Gereja untuk kepentingan politik tertentu.
Sayangnya hal seperti ini sering luput dari perhatian para petinggi-petinggi Gereja dan jaringan Gereja-Gereja yang ada di Indoensia. Justru banyak orang dari luar Gereja yang sangat perduli dengan isu politisasi Gereja yang dapat berdampak buruk bagi bangsa ini. Gereja banyak yang tetap adem ayem menanggapi permasalahan genting seperti ini,
Kita memang tidak mungkin bisa melarang atau mencegah orang untuk menggunakan nama Kristen atau Gereja untuk kepentingan tertentu. Itu adalah hukum yang harus dipertanggungjawabannya dihadapan Tuhan oleh masing-masing individu. Akan tetapi kita tidak boleh membiarkan Gereja dan Kekristenan ditunggangi politisasi agama yang telah terbukti menghancurkan bangsa.
Penulis : Gilrandi ADP