Mana Lebih Penting, Memilih Presiden atau Pasangan Hidup?
BeritaMujizat.com – Poleksosbud – Judul diatas terkesan konyol, dan mengada-ada, ataupun dianggap banyolan semata. Presiden atau pasangan hidup jelas pilihan yang terlalu mudah. Pasangan hidup lebih penting, karena seumur hidup dan tidak bisa diganti. Begitulah rata-rata (tanpa survey formal) jawaban yang saya terima setiap kali melontarkan pertanyaan diatas.
Pertanyaan diatas secara filosofis sangat penting untuk melihat pola pikir kita. Jawaban memilih pasangan hidup lebih penting bisa dimengerti dari cara pola pikir teologi kesalehan pribadi (personal piety). Pola pikir ini memang paling banyak dihidupi, karena memang paling banyak diajarkan.
Teologi yang berfokus kepada kesalehan pribadi akhirnya memuncak di ekstrim rohani “kanan” yang lebih mementingkan keselamatan pribadi (eternal salvation), dan ekstrem rohani “kiri” yang lebih mementingkan berkat-berkat pribadi (prosperity gospel).
Berkembangnya teologi yang lebih holistik baik di lingkaran Injili, Pentakosta – Karismatik, apalagi yang lebih humanis liberal membuka wawasan dunia yang yang egoistik dan berpusat kepada pribadi, dan beralih kepada wawasan dunia yang lebih melihat kosmos (dunia) sebagai narasi besar karya keselamatan Kristus.
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yoh 3:16)
Tiga kata penting di ayat Yoh 3:16 yang boleh dikatakan sebagai salah satu ayat utama yang menerangkan teologi keselamatan (soteriologi) Kristen, adalah kasih (agape), dunia (kosmos), dan hidup yang kekal (zoe). Dari ketiga kata tersebut obyeknya adalah kosmos, bukan pribadi atau kelompok.
Kasih Agape itu ditujukkan untuk SEMUA ORANG bukan hanya untuk diri kita, dan bukan hanya untuk urusan biologis (bios) tapi selalu tentang kekekalan (zoe). Artinya, narasi utama iman Kristen seharusnya untuk keselamatan kosmos, bukan sekedar narasi keselamatan pribadi.
Pemikiran yang holistik inilah yang menjadi nyawa atas apa yang disebut Kingdom Mindset atau pola pikir kerajaan. Dimana pusat dari pola pikir ini adalah the King (sang raja), yang menjadi pusat gravitasi seluruh kehidupan orang percaya.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa memilih presiden akan memiliki bobot urgensi lebih penting dari memilih pasangan hidup. Ketika kita salah memilih pasangan hidup, dampaknya “hanya” kepada pribadi yang bersangkutan. Tetapi, ketika kita salah memilih presiden dampaknya akan kepada 260 juta penduduk Indonesia.
Meskipun demikian, hal ini tidak menafikan bahwa memilih pasangan hidup itu penting. Tetapi lebih untuk mendorong kita berfikir seperti Kristus bahwa meskipun Dia mencintai kita, bahkan tahu jumlah rambut kita (Mat 6), tapi Kristus juga mengasihi Indonesia.
Dan kita hanya bagian kecil dari Indonesia, sebab itu kita tidak berhak untuk meminta perhatian lebih. Justru kita harus menjadi mata, telinga, dan hati Kristus untuk Indonesia. Kita adalah duta besar kerajaan surga yang mendapatkan mandat untuk menjaga Indonesia (watchmen), untuk memastikan semua keputusan surga tejadi.
Prinsip ini sayangnya tidak semua gereja percaya, bahkan kalau kita mau jujur, Gereja Tuhan (Ekklesia) masih terasa kaku, malu-malu, tidak nyaman, bahkan mungkin minder untuk berbicara di ruang publik (public space).
Akibatnya, konferensi keluarga bahagia, pasangan hidup, sukses di pekerjaan, sampai bagaimana menjadi gereja yang berhasil lebih banyak dan bertebaran daripada diskusi, seminar, atau ibadah doa untuk mencari kehendakNya, membangun tahta KerajaanNya, dan/atau mendeklarasikan keputusan Surga bagi Indonesia.
Lalu Jokowi atau Prabowo yang seharusnya dipilih? Akankah ada seminar “Memilih Presiden Dengan Benar” untuk ini? Saya pribadi berharap kalau Anda membaca artikel ini sejauh ini, hati nurani kita akan tersentuh dan mulai memikirkan bangsa Indonesia, mendoakanya, serta bertekat untuk memilih Presiden yang benar bukan karena kenal, teman dekat, partner bisnis, pernah dibantu, investasi politik, sampai kepada melacurkan diri kepada politik uang (money politic).
Saya doakan semua pembaca mata, telinga, dan hati terbuka dengan jelas. Dalam nama Tuhan Yesus Kritus!
Penulis : Hanny Setiawan