Lagu Malam Kudus Berikan Kedamaian Ditengah-Tengah Penolakan KKR Natal Oleh Ormas di Bandung
BeritaMujizat.com – Gereja – Indonesia adalah bangsa dengan keberagaman suku, budaya, dan kepercayaan dan oleh keberagaman itulah bangsa ini mengusung Bhineka Tunggal Ika atau Kesatuan dalam Keberagaman sebagai moto untuk mendorong adanya rasa toleransi perbedaan antar satu dengan yang lain.
Namun hal miris terjadi menjelang akhir tahun 2016 dimana masyarakat Nasrani Bandung menghadapi penolakan dari Ormas Islam yang mengaku dari kelompok Pembela Ahlus Sunnah (PAS) saat akan mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) Natal yang dipimpin oleh Pdt. Stephen Tong di Gedung Sabuga, Bandung (06/12).
Alasan penolakan ini dijelaskan oleh Roin, selaku ketua dari PAS bahwa kegiatan keagamaan sudah seharusnya dilakukan ditempat semestinya, dan untuk acara ibadah natal ini harusnya diadakan di gereja dan itu sudah diatur di Surat Peraturan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Tahun 2009 dan Nomor 8 Tahun 2006.
“Ini kan acara keagamaan, kita enggak masalah. Enggak ada pelarangan. Nah untuk melaksanakan Natal sesuai keyakinannya, kita menyarankan kegiatannya dilakukan di tempat semestinya sesuai undang-undang. Ya acara Natal dilakukan di gereja, bukan di Gedung Sabuga,” kata Roin di halaman Gedung Sabuga, Bandung, Selasa (6/12), dilansir detikcom.
Akhirnya karena situasi yang tidak memungkinkan, hasil kesepakatan antara pihak PAS dan panitia KKR yang dimendiasi oleh kepolisian Bandung menetapkan bahwa KKR tidak dilanjutkan.
Namun meskipun demikian, Pdt Stephen Tong bersama jemaat menyelesaikan ibadah dengan menyanyikan lagu Malam Kudus dan menyalakan lilin, walaupun sempat ada teriakan pendemo untuk berhenti bernyanyi, namun mereka tetap bernyanyi hingga acara selesai dan situasi tetap aman terkendali namun tetap diawasi oleh kepolisian.
Selesai ibadah mereka membereskan perlengkapan dengan suasana yang tetap kondusif. Senyum wajah para jemaat yang hadir tetap terlihat saat mereka pulang, sama dengan tahun-tahun sebelumnya layaknya KKR yang berjalan dengan mulus dan dengan saling mengucapkan Selamat Natal, mereka pulang dengan penuh damai dan sukacita.
Sebagai sesama penganut agama, Pemuda Muhamadyah mengecam tindakan PAS yang melarang umat Nasrani mengadakan ibadah KKR di Sabuga. Melalui pernyataan tertulis, Danhil Anzar selaku ketua dari Pemuda Muhamadyah menerangkan bahwa hal ini bisa berdampak negatif dan mendorong semakin banyaknya tindakan kekerasan mengatasnamakan agama
“Alasan bahwa banyak persyaratan Administrasi yang belum dipenuhi agaknya bisa diselesaikan dengan baik-baik oleh parà pihak, terutama pihak pemerintah daerah,” kata Dahnil.
Menurut Dahnil, Islam tidak pernah memaksakan keimanan seseorang. Sehingga, pemaksaan dan pembatasan bebebasan beribadah dinilai bertentangan dengan ajaran Islam.
“Mari Bangun tradisi dialog dan tradisi hukum bila ada yang tidak berkesesuaian dan tidak berkeadilan,” kata Dahnil.
Penulis : Yesaya Wisnu Wardhana