Kobarkan Api Itu Kembali!” – Warisan Iman, Kerinduan, dan Kebangkitan Rohani
BeritaMujizat.com – Pesan Mimbar – Dalam suratnya kepada Timotius, Rasul Paulus menegaskan betapa berharganya sebuah warisan iman lintas generasi.
Dari neneknya Lois, ibunya Eunike, hingga Timotius sendiri—iman itu diturunkan dengan utuh. Ini menunjukkan bahwa pelayanan intergenerasi adalah nyata dan sangat penting. Paulus menulis surat ini dengan penuh kerinduan dan kasih seorang bapa rohani.
2 Timotius 1:3-6
“Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. Dan selalu aku mengingat engkau dalam permohonanku, baik siang maupun malam. Dan apabila aku terkenang akan air matamu yang kaucurahkan, aku ingin melihat engkau kembali supaya penuhlah kesukaanku. Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.”
Kita tidak boleh menyia-nyiakan warisan iman yang telah Tuhan titipkan dalam hidup kita, meskipun telah berpindah generasi. Jika Tuhan telah membuka pintu seperti yang dikatakan dalam Yesaya 22:22, maka ini adalah waktu kita untuk melangkah dengan otoritas dari-Nya.
2 Timotius 1:6 berkata:
“Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu.”
Kata mengobarkan dalam bahasa aslinya, “Anas Opeireo”, berarti menyalakan api. Api dalam hidup kita menjadi simbol nyata dari kehadiran Tuhan. Ketika Paulus berkata, “kobarkanlah,” dia sedang berkata: bangkitkan kembali hadirat Tuhan dalam hidupmu!
Karena kadang, tanpa sadar, api itu mulai padam…
Momentum Pentakosta: Dari Api ke Kebangunan
Mari kita lihat Kisah Para Rasul 2:1-4:
“Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat… Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain…”
Hari Pentakosta adalah momentum awal kebangkitan. Murid-murid Yesus—orang-orang biasa seperti kita—dibedakan bukan karena kepintaran mereka, tapi karena mereka penuh dengan Roh Kudus. Dan dari awal itu, 3.000 jiwa bertobat. Tidak berhenti di situ, mereka diutus hingga kabar keselamatan menyentuh milyaran orang hari ini.
Kita tidak bisa berhenti di tahap awal saja. Tuhan punya rencana yang jauh lebih besar. Dan semuanya dimulai dari orang-orang biasa yang berkata, “Ya Tuhan, pakai aku.”
Kebangkitan yang Dimulai dari Kerinduan
Mari kita belajar dari kisah nyata Evan Roberts, tokoh kebangunan rohani di Wales, Inggris. Dulu, ketika ia berkhotbah, orang-orang bertobat dan menangis. Namun waktu berjalan, pelayanannya menjadi kering. Gereja mulai kosong. Hadirat Tuhan terasa jauh.
Dalam keputusasaan, ia berlutut di gereja yang kosong dan berkata:
“Tuhan, aku tidak tahu kapan apiku padam. Tapi aku rindu Engkau. Nyalakan aku kembali.”
Tuhan menjawab kerinduan itu. Saat ia kembali berkhotbah, kehadiran Tuhan kembali menyala dalam hidupnya—bukan karena cara yang berbeda, tapi karena kerinduan yang dalam.
Waktunya Dibangkitkan Kembali
Tahun 1990–2005, terjadi kebangunan rohani di MOA dan desa Polihu. Setiap subuh, anak-anak hingga orang tua datang berdoa bersama. Itu adalah awal kebangkitan. Dan sekarang, generasi ini menunggu giliran mereka untuk menyala.
Yosua berkata, “Aku dan seisi rumahku akan selalu beribadah kepada Tuhan.” Inilah deklarasi iman yang kita butuhkan hari ini.
Tugas kita bukan hanya berdoa, tapi percaya. Percaya bahwa ini waktunya. Percaya bahwa Tuhan yang dahulu bekerja, masih bekerja hingga hari ini. Kunci kebangunan rohani dimulai dari pertobatan dan kerinduan yang tulus akan Tuhan.
-
Api Tuhan harus terus menyala.
-
Kerinduan yang tulus akan membangkitkan hadirat Tuhan.
-
Kebangunan rohani dimulai dari pertobatan dan keputusan pribadi untuk percaya.
-
Generasi baru menunggu—jangan padam, kobarkan kembali apimu!
Pesan mimbar ini disampaikan oleh Pdm. Joni Kristianto, M.Th dalam Kingdom Family Service tanggal 6 April 2025.