Ketika Anak-anak Muda ini Gelisah dengan Keadaan Gerejanya, Apa yang Akan Mereka Lakukan?
BeritaMujizat.com – Mandat Budaya –Keinginan akan sebuah perubahan selalu muncul dari kegelisahan yang muncul ketika melihat idak berfungsi atau melencengnya sesuatu. Keinginan akan perubahan ini kemudian mendorong seseorang untuk bertindak dan melakukan sesuatu.
Berubahnya gereja kearah egosentris, dan semakin ditinggalnya kristosentris mengakibatkan melemah atau hilangnya fungsi penting dari gereja itu sendiri. Fungsi penting gereja yang hilang ketika gereja berubah menjadi egosentris adalah fungsi gereja sebagai rahim pergerakan.
Pergerakan membawa kebangunan rohani, transformasi sosial, dan keadilan sosial. Pergerakan ini akan sulit diwujudkan tanpa pengenalan dan perjumpaan pribadi dengan Kristus. Pengenalan dan perjumpaan dengan Kristus membawa orang untuk mengerti arti belas kasih. Belas kasih ini mendorong orang untuk memikirkan orang lain bahkan hingga memikirkan bangsa dan negara yang merupakan rumah bagi banyak orang.
Belas kasih ini yang membuat seseorang mampu memberi tanpa mengharapkan imbalan demi kepentingan orang lain (red: bayar harga). Belas kasih ini juga mendorong seseorang berjuang melewati segala keterbatasan didalam hidupnya untuk melihat sebuah perubahan yang baik atas bangsa, kota dan lingkungan disekitanya.
Akan tetapi ketika gereja berubah menjadi egosentri, pergerakan ini akan sulit dilahirkan oleh gereja. Gereja yang egosentris hanya berpusat pada kebutuhan pribadi dan kelompoknya. Bahkan tidak jarang gereja dengan model ini menjadikan Tuhan sebagai instrument kesuksesan.
TERKAIT : Menyepelekan Pelayanan Anak Bukti Gereja Yang Gagal Paham
Melihat kondisi ini, beberapa anak muda yang gelisah dengan hal ini berkumpul dan bersatu untuk memulai suatu gerakan perubahan, mengembalikan fokus gereja kembali ke Kristosentris, sehingga fungsi gereja sebagai rahim pergerakan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Gerakan ini bukan untuk menghakimi atau menghujat para penatua dan petinggi gereja, bukan pula mengubah struktur organisasi gereja yang telah lama ada (re:tradisi gereja), bukan pula mengubah bentuk gereja yang awalnya protestan menjadi karismatik, atau sebaliknya.
Gerakan ini merupakan gerakan doa yang didasari kerinduan yang mendalam akan hadirnya Tuhan digereja mereka.
Tidak berfokus pada perubahan fisik gereja, melainkan perubahan hidup jemaat melalui pengenalan dan perjumpaan dengan Tuhan. Tidak fokus pada organisasi gereja tapi pada organisme yang mulai bergerak membagikan kasih Tuhan melalui kehidupan nyata.
Pergerakan ini terinspirasi oleh tokoh Kristen Rasul Jubah Kuning atau dikenal sebagai Sandhi Sundar Sigh. Rasul Jubah Kuning asal ngeri Gujarat, India. Rasul Jubah Kuning tidak terlahir sebagai orang kristen, akan tetapi perjumpaannya dengan pribadi Yesus mengubah hidupnya. Perubahan dalam hidupnya mendorong ia untuk mengabarkan injil hingga keseluruh dunia. Penginjilan yang dibawa Rasul Jubah Kuning berkontribusi terhadap lahirnya gereja protestan saat ini, salah satunya Gereja Kristen Jawa.
Di Indonesia, gereja protestan merupakan gereja tertua dan jumlahnya terbanyak yang tersebar dari kota hingga pelosok desa.
Semangat ini yang kemudian ingin dikembalikan pada gereja lokal oleh anak-anak muda tadi. Bukan hanya sekedar mencari sensasi, melainkan mereka rindu mencari esensi ibadah yang yang sesungguhnya. mendobrak tembok-tembok egois gereja agar kasih Kristus dapat dinyatakan dan dirasakan oleh semuanya.
Ada sebuah lagu dari Kidung Jemaat 428 yang berjudul “Lihatlah Sekelilingmu”
“Lihatlah sekelilingmu, pandangnlah ke ladang-ladang
Yang menguning dan sudah matang
Sudah matang untuk dituai
Lihatlah sekelilingmu pandanglah ke ladang-ladang
Yang menguning dan sudah matang-sudah matang untuk dituai”
Lagu ini sering dinyanyikan pada waktu ibadah. Akan tetapi anak-anak muda ini tidak hanya rindu menyanyikan lagu ini, melainkan lagu ini menjadi kenyataan. Mereka rindu gerejanya mulai menangkap isi hati Tuhan dan menjadi rahim dari pergerakan yang membawa api kebangunan rohani, transformasi sosial, dan keadilan sosial.
Penulis : Dimiar Ariesinta
Editor : Institut Karismatik Reformasi Indonesia (IKRI)