Hari Kelahiran Pancasila menjadi Momentum Kebangkitan Melawan Politisasi Agama
BeritaMujizat.com – Poleksosbud – Hari kelahiran Pancasila menjadi momen penting untuk kita dapat bangkit dari kegaduhan yang diakibatkan oleh upaya politisasi agama yang membenturkan Pancasila dengan ideologi negara agama.
Politisasi agama dengan membawa ideologi negara agama dijadikan sebagai alat politik untuk membangun kekuatan massa. Cita-cita dan iming-iming negara agama terus didengungkan guna mengambil simpati dari masyarakat. Dengan cara ini, para penjual politisasi agama hendak mengambil suara dari masyarakat penganut agama mayoritas di Indonesia.
Para penjual politisi agama ini mencoba mengaburkan makna Ketuhanan yang terkadung dalam Pancasila dengan tujuan membuat masyarakat beragama menjadi gamang dan ragu dengan Pancasila. Ulama-ulama garis keras yang berani menyinggung soal Pancasila seperti Habib Rizieg, Feli Siauw, Bachtiar Nasir, dkk, sengaja dimunculkan dan diviralkan melalui media sosial.
Para ulama garis keras ini terus meyakinkan masyarakat bahwa Pancasila adalah ideologi usang yang mengganggu atau menghambat umat mencapai kesempurnaan beragama sesuai versi dan standart mereka.
Beberapa kotbah yang diajarkan bahkan sudah masuk dalam ranah menghina dan sangat merendahkan Pancasila. Kita tentu ingat bagaimana Habib Rizieg dengan berani menghina Pancasila dengan kata-kata yang sangat jorok, yang membuatnya kemudian berurusan dengan hukum.
Selain itu terus bermunculan tokoh politik yang terus menggoreng isu agama untuk melakukan manuver politik. Para tokoh politik ini juga sekaligus berusaha melindungi para ulama garis keras yang jelas mengkotbahkan ajaran berbahaya tentang Pancasila.
Kita tentu juga masih mengingat bagaimana Pilkada DKI kemudian memberi tokoh-tokoh politik, ulama, dan simpatisan ideologi negara agama panggung untuk memuluskan upaya mereka mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi negara agama.
Gelombang protes terhadap Ahok waktu pilkada DKI dimanfaatkan untuk menyebarkan paham-paham ideologi negara agama hingga masyarakat akar rumput. Akibat gelombang protes tersebut masyarakat sempat terbelah dengan pengertian bela agama dan bela Pancasila.
Hal ini langsung dimanfaatkan sebagai proses konsolidasi membangun kekuatan politik agama guna bertarung pada pilpres mendatang. Bersyukur pemerintah segara mengambil langkah tegas untuk dapat keluar dari kegaduhan dan ancaman ini.
Pemerintah dengan tegas melarang Hizbut Tahrir Indonesia dan ormas-ormas lain yang menjadi sumber dari ideologi negara agama yang menentang Pancasila. Langkah tegas tersebut membuat ciut nyali kelompok-kelompok atau orang-orang yang dulu dengan berani menentang Pancasila.
Selain itu Pemerintah juga telah mengesahkan UU terorisme yang membuat orang atau kelompok tidak dapat lagi sembarangan mengajarkan ideologi agama. Hal ini membuat kegaduhan dan ancaman terhadap Pancasila dapat sedikit tertangani.
Akan tetapi sel-sel politasasi agama dan ancaman terhadap Pancasila masih menjadi ancaman serius bangsa ini. Orang Kristen harus terus berdoa dan berusaha agar Pancasila tetap kokoh berdiri sebagai fondasi bangsa. Pancasila adalah kesepatan bersama dari bapak-bapak pendahulu yang harus dijaga.
Pancasila bukan pemberian penjajah atau perang. Pancasila lahir dari proses doa, pergumulan dan perjuangan panjang bapak-bapak bangsa dalam merumuskan masa depan kita semua. Penentuan Pancasila berarti tidak berdasarkan tekanan politik, melainkan keputusan bersama.
Penulis : Gilrandi ADP