Cari Tuhan! Bukan Solusi
BeritaMujizat.com – Pesan Mimbar – Saat kita menghadapi padang gurun (proses kehidupan/didikan), apa yang kita cari? Solusi? Atau kita memilih mati dalam padang gurun itu. Saat kita dididik Tuhan apa yang kita lakukan? Menerima atau keras kepala dan lari.
Pertanyaan yang sering muncul saat kita menghadapi proses adalah “mengapa saya?” Padahal saya sudah ikut Tuhan, sudah pelayanan, dan sudah melakukan banyak hal untuk Tuhan, menurut pandangan kita.
Namun, apakah semua yang kita lakukan, yang kelihatannya rohani itu indah sesuai pemandangan Tuhan?
Padang gurun yang kita hadapi adalah cara Tuhan untuk mendidik atau membentuk kita menjadi pribadi yang murni, yang dipandang indah. Oleh karena itu, dididik Tuhan adalah hal yang harus kita syukuri dan nikmati, bahkan dikejar.
Mengapa Kita Dididik Tuhan?
“Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak,” (Ulangan 8:2).
Tuhan mendidik kita supaya kita mau merendahkan hati kita. Dia mau mengetahui isi hati kita, apakah kita benar-benar mengasihinya atau tidak. Jangan-jangan kita terlihat melayani Tuhan, tapi hati kita menjauh dari-Nya.
Hidup kita ibarat tanah liat di tangan tukang periuk (Yeremia 18:1-6). Seperti itulah Tuhan mendidik hidup kita. Kita akan mengerti perasaan Tuhan dan mengerti detak jantungnya, kalau kita bersedia untuk dibentuk menjadi serupa dengan-Nya.
Sebuah bejana yang indah adalah buah tangan tukang periuk, yang dengan cermat dan sabar membentuknya, sekalipun terkadang harus didesain berulang kali hingga indah sesuai pemandangannya. Namun, tanah liat itu akan dibuang jika tidak bisa lagi dibentuk menjadi bejana yang indah.
Terkadang, saat dibentuk Tuhan kita bersungut dan lari seperti Yunus yang mengingkari panggilan Tuhan. Namun, Tuhan terus memberikan kesempatan bagi kita untuk kembali dibentuk seperti Yunus. Kecuali kalau kita sudah tidak mau dibentuk lagi.
Apa yang harus kita lakukan ketika berada di padang gurun?
“Cari Tuhan, bukan solusi” Saat kita mencari solusi, belum tentu hati kita berubah, tapi jika kita mencari Tuhan, hati kita berubah, hidup kita diperbaharui dan solusi akan datang dengan sendirinya.
“Sebab beginilah firman TUHAN kepada kaum Israel: “Carilah Aku, maka kamu akan hidup!” (Amos 5:4).
Bangsa Israel saat keluar dari Mesir selalu mencari solusi soal urusan makan minum hingga perlindungan. Bahkan mereka telah melihat solusi yang dari Tuhan, yakni Laut Teberau dibelah dua sebagai jalan mereka, manna, tiang awan dan tiang api, dan masih banyak lagi. Namun, hati mereka jauh dari Tuhan, bersungut dan tidak menghargai pemimpin yang membawa mereka menikmati mujizat.
Karena yang dicari bukan Tuhan, melainkan solusi atau mujizat-Nya saja.
Ayub dididik Tuhan dengan banyak hal. Mulai dari kehilangan harta benda, kekayaan, keluarga, hingga menderita penyakit kusta. Namun dia tahu apa dan siapa yang harus dicari. Dia mencari Tuhan yang adalah Tukang Periuk dalam hidupnya, bukan solusi (Ayub 23:10-14).
“Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas” (Ayub 23:10).
Pada akhirnya, dia berhasil dibentuk Tuhan, murni tak bercela dan diberkati berlipat ganda karena menjadi bejana yang indah sesuai pemandangannya Tuhan.
Siapkah kita menerima didikan Tuhan?
Siapkah kita dibentuk oleh Sang Tukang Periuk?
Jika kita siap dibentuk, kita akan terus diperbaharui dan akan timbul seperti emas, berharga, bernilai dan dipandang indah oleh Tuhan, serta menjadi cermin kehidupan bagi banyak orang.
Jangan cari solusi, cari Tuhan!
(Disadur dari Khotbah Pdt. Henry Setiawan – Ibadah Raya 1 Bethany El Bethel Solo Baru, Minggu, 23 Januari 2022) pagi.