RenunganTeologi

Bergantung pada Hadirat Allah – Juli 20


roc

Juli 20

Bergantung pada Hadirat Allah

Kamu menyebut Aku Guru dan Orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan … berjalan dan tidak menjadi lelah.
(Yesaya 40:31)

Intro:

Renungan hari ini, “Bergantung pada Hadirat Allah”, menegaskan bahwa mengalami realitas hadirat Allah tidaklah tergantung pada keberadaan kita dalam situasi atau tempat tertentu, melainkan tergantung pada tekad kita untuk memelihara hubungan dengan Tuhan terus-menerus. Masalah timbul bila kita menolak untuk meletakkan “trust” atau kepercayaan kita dalam realitas hadirat-Nya.

Renungan:

TIDAK ada suatu yang luar biasa bagi kita dalam berjalan, tetapi berjalan merupakan ujian bagi semua kemantapan dan kualitas ketahanan kita.” Berjalan dan tidak menjadi lelah ” adalah jangkauan tertinggi sebagai suatu ukuran kekuatan.

Kata berjalan digunakan dalam Alkitab untuk mengungkapkan karakter seseorang –” Yohanes… melihat Yesus lewat,… berkata: “Lihatlah Anak domba Allah! ” (Yohanes 1:35-36, kata “lewat” dalam Alkitab KJV adalah berjalan). Tidak ada yang abstrak atau tidak jelas dalam Alkitab; segala sesuatunya gamblang dan nyata. Allah tidak berkata, “Menjadilah manusia rohani,” tetapi Dia bersabda,” Berjalanlah di hadapanKu… ” (Kejadian 17:1, NKJV).

Bila keadaan kita tidak sehat, baik secara jasmani maupun emosi, kita selalu mencari sesuatu yang membuat kita gairah, sesuatu yang menggetarkan, dalam kehidupan ini. Hal seperti ini dalam hidup jasmani kita, akan membawa kita ke arah upaya yang memalsukan karya Roh Kudus. Dalam hidup emosional, hal ini akan menggiring kita kepada obsesi dan kehancuran moralitas. Dan dalam hidup rohani, jika kita bersikeras untuk mengejar kegairahan semata, untuk “ naik terbang seumpama rajawali ” (Yesaya 40:31), akan membawa kita kepada kehancuran spiritualitas.

Mengalami realitas hadirat Allah tidaklah tergantung pada keberadaan kita dalam situasi atau tempat tertentu, melainkan tergantung pada tekad kita untuk memelihara hubungan dengan Tuhan terus-menerus. Masalah kita timbul bila kita menolak untuk meletakkan trust atau kepercayaan kita dalam realitas hadirat-Nya.

Pengalaman yang dibicarakan pemazmur — “ Kita tidak akan takut, sekalipun… ” (Mazmur 46:3), akan menjadi milik kita begitu kita berpijak pada kebenaran realitas hadirat Allah. Kemudian kita akan berseru, “Dia telah berada di sini setiap waktu!”

Pada saat-saat kritis dalam hidup kita, kita perlu meminta bimbingan Allah, tetapi tidaklah perlu untuk terus-menerus berkata, “Oh Tuhan, berilah petunjuk kepadaku dalam hal ini dan hal itu.”
Pasti, Dia akan memberi petunjuk, dan malah sesungguhnya Dia sedang melakukannya!
Jika keputusan kita setiap hari tidak sesuai dengan kehendak-Nya, melalui pengalaman tersebut Dia akan membuat kita tidak sejahtera dalam roh kita. Kemudian kita harus diam dan menantikan petunjuk hadirat-Nya.

Penulis : Oswald Chamber
Sumber : Sabda.Net, M. Agustinus Purba

Comments

Related Articles

Back to top button