Apakah Pengkabaran Injil Harus Dihentikan Demi Menjaga Toleransi?
BeritaMujizat.com – Poleksosbud – Jagad dunia maya sedang digegerkan dengan penangkapan seorang pendeta yang bernama Saefudin Ibrahim. Pendeta Saefudin Ibrahim dilaporkan atas tuduhan pencemaran dan penghinaan terhadap agama Islam. Pendeta Saefudin Ibrahim dianggap menghina nabi Mumhammad, waktu sedang berbincang dengan seorang supir taxi.
Pendeta Saefudin diketahui adalah mantan seorang guru agama Islam yang kini perpindah menjadi Kristen. Pendeta Saefudin Ibrahim juga terkenal sebagai orang yang sangat bersemangat dalam memberitakan Injil. Pendeta Saefudin Ibrahim selalu menceritakan pengalaman pribadinya, dan mengapa dia berpindah dari agama Islam ke Kristen.
Gayanya yang ceplas-ceplos dan blak-blakan dalam berbicara adalah ciri khas pendeta Saefudin Ibrahim dalam bersaksi dan memberitakan Injil. Selain itu, dia juga terlihat sangat aktif di media sosial. Banyak kesaksian dan akvitasnya dalam mengabarkan Injil, diunggah dalam media sosial.
Video unggahannya banyak yang kemudian viral. Seperti video yang menunjukan sebuah perbincangan beliau dengan salah satu sopir taxi. Video ini kemudian menjadi dasar sekelompok orang untuk melaporkan pendeta Saifudin Ibrahim atas tuduhan penghinaan agama.
Kejadian ini seharusnya menjadi perbincangan dan pemikiran penting dalam ranah toleransi antar umat beragama. Apakah ruang lingkup pengkabaran Injil atau dakwah kemudian harus sangat dibatasi bahkan dihilangkan demi menghindari dugaan penghinaan terhadap agama lain.
Padahal semua agama pasti mempunyai fungsi dakwahnya masing-masing. Realitasnya, dakwah atau pengkabaran Injil seringkali terjadi antar lintas iman. Bahkan dialog antar agama sesungguhnya tidak hanya terjadi dalam forum diskusi semata, melainkan dalam kehiduan sehari-hari masyarakat.
Terlebih kita sekarang hidup dalam pengaruh media sosial, dimana setiap orang dapat mengkases informasi dengan sangat cepat. Kita bisa lihat setiap hari selalu ada perbincangan mengenai agama dalam berbagai macam bentuk. Bahkan ada yang sampai saling hujat antar satu dengan yang lain.
Yang pasti cara pengkabaran Injil pendeta Saefudin Ibrahim bukanlah cara tunggal orang Kristen. Faktor pengalaman pribadi menjadi faktor penentu utama gaya menyampaikan Injil dari seorang Saefudin Ibrahim yang dinilai kontroversi. Gaya atau metode yang sama, sebenarnya juga sering digunakan orang yang dulunya Kristen kini menjadi pendakwah agama lain.
Memang ada beberapa yang secara kristis dan agresif membandingkan Kekristenan dengan kebenaran agama lain dalam mengkabarkan Injil. Akan lebih kuat lagi apabila mereka dulunya berasal dari agama yang dikritisi, seperti apa yang dilakukan pendeta Saefudin Ibrahim ini.
Akan tetapi apa yang dilakukan oleh pendeta Saefudin Ibrahim tidak dapat menjadi pembenaran, yang kemudian digunakan untuk menyerang dan menekan Keristenan secara umum. Dengan adanya kasus ini, bukan berarti pengkabaran Injil dapat dihentikan secara sepihak karena dianggap melanggar toleransi.
Penulis : Gilrandi ADP