Kencanduan Teologi Sukses Tanda Gereja sedang Mengalami Depresi Rohani
BeritaMujizat.com – Renungan – Orang yang mengalami depresi atau gangguan mental adalah orang yang sangat rentan menjadi pecandu obat-obatan terlarang yang berbahaya. Obat-obat terlarang tersebut memberi efek kebahagiaan yang sudah tidak bisa didapatkan secara normal oleh orang yang mengalami depresi.
Meskipun terdapat efek yang sangat mematikan dan merusak dalam obat-obatan tersebut, pengguna sudah tidak dapat memperdulikannya lagi. Kebahagiaan semu yang diberikan dari obat-obatan tersebut semakin mengikat dan membuat pengguna menjadi semakin kecanduan. Celakanya obat-obatan tersebut tidak membuat seseorang menjadi sembuh dari depresi dan bangkit menghadapi kenyataan.
Obat-obatan terlarang tersebut justru hanya membuat seseorang menjadi semakin tidak berdaya menghadapi masalah atau keadaan buruk yang ada di sekitar mereka. Mereka hanya terus mencari jalan pelarian dari masalah dan kebahagiaan yang semu melalui obat-obatan tersebut.
Seperti halnya obat-obat terlarang, teologi sukses muncul bagai candu yang menawarkan kebahagiaan semu kepada Gereja Tuhan yang sedang mendapat tekanan luar dari paham radikal dan atheis yang mengaburkan kebenaran tentang Tuhan. Teologi sukses menawarkan motivasi untuk memprioritaskan kesuksesan pribadi (karier, jodoh, keluarga, atau cita-cita pribadi) sebagai pencapaian paling realistis dari kehidupan spiritual.
Pemikiran-pemikiran atau ajaran yang menggangu pencapaian kesuksesan atau kebahagiaan pribadi boleh dihindari atau bahkan dapat dianggap sebagai sesuatu yang tidak relevan dengan Kekristenan. Dalam kerangka berfikir seperti ini, panggilan untuk mengabarkan Injil dan menyatakan suara profetik menjadi bukan hal utama yang harus dikerjakan oleh Gereja. Tugas pengkabaran Injil dan berdoa bersifat relevan tergantung tingkat kesuksesan yang didapat masing-masing individu.
Teologi ini membuat orang semakin tidak sensitif dengan panggilan Tuhan dan belas kasih Tuhan yang hendak dinyatakan kepada dunia melalui orang Kristen. Teologi ini juga mendorong orang Kristen menjadi diam dan apatis dengan gejolak yang terjadi disekitarnya, apabila dirasa situasi tersebut dirasa kurang menguntungkan dirinya.
Kesuksesan pribadi menjadi jalan pintas untuk lari tekanan dari paham radikal dan atheis yang mengancam dari dua sisi. Kebisingan yang dihadirkan dari gesekan paham radikal dan atheis yang muncul setiap hari coba dihindari dengan fokus membangun capai pribadi yang dapat dibanggakan. Seperti obat-obatan terlarang yang dipakai untuk menghadapi depresi, teologi sukses juga coba diformulasikan untuk mengatasi depresi rohani yang dialami banyak Gereja Tuhan dalam menghadapi gejolak yang sedang terjadi.
Oleh karena itu semakin tergantungnya Gereja terhadap teologi sukses dapat dijadikan indikator yang menunjukan depresi rohani, yang gejala dan penyakitnya tidak dapat dilihat secara langsung seperti depresi kejiwaan. Gereja yang tergila-gila dengan ajaran teologi sukses adalah Gereja yang frustasi dengan peperangan rohani yang sedang terjadi saat ini. Gereja yang sehat tentu tidak mencari pelarian diri terhadap tekanan yang diakibatkan oleh peperangan rohani.
Gereja yang sehat justru bersiap diri untuk terus fokus berdoa dan meninggalkan berani kenyamanan diri untuk memberitakan Injil, menyatakan kasih Tuhan untuk dunia. Gereja sehat mengerti panggilan Tuhan untuk berdiri bagi bangsa ditengah situasi yang sedang kacau adalah kasih karunia yang diberikan Tuhan kepada prang yang dikasihiNya. Sedangkan Gereja depresi merasa panggilan Tuhan adalah beban yang harus ditinggalkan bahkan dihindari.
Penulis : Gilrandi ADP