Kasih Karunia untuk Semuanya
BeritaMujizat.com – Pendalaman Alkitab – Hari-hari ini dunia sedang digemparkan dengan dua isu besar yang saling bertentangan yaitu Radikalisme vs Atheisme. Isu ini sebenarnya menunjukan bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa Tuhan. Keterbatan manusia membuat seseorang ingin berusaha menjalankan sepenuhnya ajaran agama yang dianutnya, dengan tujuan mendapat kebahagian yang kekal.
Akan tetapi keterbatasan akal budi manusia dalam mengintepretasikan Tuhan seringkali justru menimbulkan tindakan yang bersifat justru cenderung negatif. Ketidaksempurnaan pemahaman manusia akan Tuhan seringkali dipakai kekeuatan gelap untuk melahirkan tindakan-tindakan yang negatif.
Isu terorisme adalah satu contoh nyata dan ancaman yang sangat berbahaya yang dengan cepat menyebar keseluruh dunia. Banyak sekali penderitaan yang diakibatkan dari terorisme ini. Penderitaannya bahkan melebihi perang dunia kedua.
Disisi yang lain, perkembangnya ilmu pengetahuan dan tuntutan akan perubahan jaman membuat orang-orang semakin skeptis dengan Tuhan. Tuhan yang kasat mata dirasa tidak relevan dengan pragtisme kehidupan sehari-hari. Hal ini mendorong manusia menciptakan tuhan-tuhannya sendiri.
Bahkan muncul kelompok-kelompok yang ingin menerobos apa yang dipercaya sebagai kodrat Ilahi yaitu gender dan orientasi seksual (LGBT). Mereka bahkan tidak segan-segan menyebarkan ajaran mereka dan menganggap itu adalah hidayah agama modern yang harus dianut semua manusia.
Kedua ektrem ini terus bergersekan hingga konstelasi politik global yang berakibat pada seluruh umat manusia. Banyak menjadi khawatir dan bingung dan hanya pasrah saja dengan keadaan yang ada.
Lalu bagaimana orang percaya harus menyikapi situasi ini? akankah kita akan skeptis? atau diam saja? atau mencoba menemukan jawabannya?
Sabagai orang percaya kita harus kembali pada Firman Tuhan yang tertuang dalam Alkitab. Situasi ini pernah dialami Tuhan Yesus dalam Yohanes 4: 1-42, cerita tentang perempuan Samaria. Bukan cerita yang asing ditelinga.
Tapi apabila pelajari lebih dalam peristiwa tersebut mengandung pesan yang sangat relevan dengan kedua isu besar yang sedang hangat saat ini. Disana ada Yesus yang merupakan Tuhan itu sendiri (Yohanes 14: 6-7), murid-murid Tuhan Yesus yang merupakan orang Yahudi, yaitu orang-orang yang dianggap suci atau beragama.
“Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”. Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.”
Perempuan Samaria, mewakili kelompok yang dianggap kafir (Yohanes 4: 9), karena pada waktu itu orang Yahudi yang dianggap umat yang suci tidak bergaul dengan orang asing yang dianggap tidak suci seperti orang samaria. Perempuan Samaria juga mewakili kelompok atheis yang seringkali mengangkat gender sebagai isu utama.
Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)
Kehidupan pribadi perempuan Samaria yang menggambar kehidupan yang kurang bermoral dimana dia hidup bersama dengan lima pria berbeda yang bukan suaminya (Yohanes 4: 17-18).
Kata perempuan itu: “Aku tidak mempunyai suami.” Kata Yesus kepadanya:“Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar.”
Air merupakan merupakan titik awal pembicaraan Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria. Air juga media yang dipakai untuk menjelaskan maksud Tuhan Yesus. Awal mula perbincangan Tuhan Yesus meminta air kepada perempuan Samaria (Yohanes 4 : 7).
Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: “Berilah Aku minum.”
Meminta minum kepada orang yang dianggap kafir merupakan hal yang aneh. Jelas dalam perikop tersebut, murid-murid Tuhan yang adalah orang Yahudi harus pergi keluar dan terpaksa meninggalkan Tuhan Yesus Sendiri dengan perempuan itu, karena tidak mungkin mereka makan makanan atau minum air yang dikonsumsi oleh seorang kafir.
“Berilah Aku minum”, menerangkan tentang kasih karunia yang Tuhan sediakan untuk kita semua. Tuhan yang maha suci, rela merendahkan dirinya bahkan melakukan hal yang sangat memalukan pada waktu itu. Tuhan yang maha suci seharusnya tidak perlu meminta minum kepada perempuan yang dicap sebagai kafir dan memiliki kehidupan yang tidak bermoral.
Melalui peristiwa “beri Aku minum” membalikan keadaan perempuan tersebut. Namun tidak serta merta perempuan tersebut mengerti dan menerima kasih karunia itu. Kemudian dijelaskan lebih dalam tentang Tuhan hingga perempuan tersebut mengerti siapa Tuhan Yesus sesungguhnya (Yohanes 4 : 19-22)
Dan pesan utama dari peristiwa ini adalah “PENYEMBAHAN KEPADA TUHAN YANG TELAH DIPERBAHARUI MELALUI KASIH KARUNIA YANG TUHAN BERIKAN” (Yohanes 4 : 24-25)
Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.”
Baik yang terjebak dalam pengertian agama yang salah atau yang terjebak dalam kepandaian manusia yang membuatnya tidak percaya akan adanya Tuhan, semua mendapat Kesempatan yang Baru!. Kesempatan untuk mendapat kebahagiaan yang kekal yang hanya dimiliki Allah Semesta yang merupakan sang pencipta.
Baik kelompok radikalisme maupun dari atheisme memerlukan Kasih Karunia. Seperti halnya perempuan Samaria, kita semua memerlukan perjumpaan pribadi dengan Tuhan Yesus. Dan perjumpaan tersebut akan mengubah cara pandang, cara hidup, dan tentu akan mengubah perababan yang ada.
Penulis : Gilrandi ADP
Intitut Karismatik Reformasi Indonesia