Dipimpin Roh Kudus, Mengandalkan Tuhan Dalam Konteks Perjanjian Baru
BeritaMujizat.com – Teologi – Kekristenan adalah kelanjutan dari cerita dari bangsa Israel, atau lebih bisa disebut bagian dari cerita bangsa Israel. Hubungan antara Yahudi dan Non Yahudi diwahyukan melalui tulisan Paulus di Surat Roma.
Pada intinya, Paulus menyatakan bahwa pusat Yahudi maupun Non Yahudi adalah Yesus Kristus. Meskipun demikan, bagi Yahudi dan Non Yahudi tetap memiliki “bagian” masing-masing. Tidak dicampurkan, tapi diselaraskan.
Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya. (Rom 10:12)
Yesus yang adalah Tuhan (Kurios) dan penguasa tunggal satu-satunya menjadi Raja atas kerajaan Allah yang Yesus pesankan untuk dicari, dan difokuskan (Mat. 6:33)
Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya, yaitu saat yang akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan. (I Tim 6:14-15)
Sebab itu, orang Yahudi sebagai orang-orang pilihan tidak bisa serta merta “diselamatkan”, mereka harus tetap percaya “di dalam Yesus”. Di lain pihak, non Yahudi harus mempelajari, menghidupi dan meneruskan perjanjian antara Yahudi dan Yahweh, Raja Israel.
***
Perjanjian Lama adalah bagian dari Kitab Suci yang berisi cerita tentang perjalanan iman Yahudi dan Yahweh yang diteguhkan melalui covenant (perjanjian). Kej 3:15 adalah Janji Induk yang diberikan kepada Adam, yang kemudian dikristalkan melalui Abraham dalam Kej 12:1-3. Perjanjian itu terus berlanjut dan diselesaikan “legalitasnya” oleh Yesus Kristus, Yahweh yang menjadi manusia, di kayu Salib (Yoh 19:30).
Kisah perjalanan bangsa Israel dalam Perjanjian Lama ini berisi prinsip-prinsip yang hakiki. Prinsip-prinsip ini tidak berubah bahkan sampai ke Perjanjian yang baru di dalam Kristus. Sehingga esensi dari Perjanjian Lama harus didapat dan kemudian diterjemahkan dalam bahasa Perjanjian Baru, Kasih Karunia.
Apabila tidak ada prinsip-prinsip Perjanjian Lama dalam Kasih Karunia, maka Kasih Karunia tidak memiliki legalitas Ilahi. Inilah yang biasa disebut cheap grace, atau kasih karunia yang murahan. Secara teologis, pemikiran ini diteruskan dan menjadi bidat modern, hypergrace.
Dari sudut pandang ini, kita bisa melihat bawa Perjanjian Lama bukanlah tambahan catatan dari Perjanjian Baru. Perjanjian Lama harus diinterpretasikan ulang dalam Perjanjian Baru melalui bahasa Karunia. Itu lebih tepat.
TERKAIT : Menjadi Profetis Apakah Itu Suatu Keharusan?
***
Prinsip dasar dari kehidupan orang Israel yang kita bisa pelajari dari Perjanjian Lama sebenarnya sangat sederhana. Sangat hitam dan putih. Ketaatan membawa berkat, ketidaktaatan membawa kutuk. Hanya itu.
Ketaatan kepada Yahweh sebagai wujud mengandalkan yang dalam bahasa Ibrani batach artinya mempercayai sehingga kita mentaati dan berlindung sepenuhnya. Dari pengertian ini, tidak mengherankan Nabi Yeremia mengingatkan Israel untuk selalu mengandalkan Tuhan.
Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!
(Yer 17:7)
Mengandalkan Dia akan diberkati, apabila tidak akan terkutuk (Yer 17:5-8). Sangat sederhana prinsip mengandalkan Tuhan. Tapi yang harus menjadi pemikiran kita, umat Perjanjian Baru, apakah artinya mengandalkan Tuhan dalam konteks Perjanjian Baru? Ketaatan seperti apa yang dikehendaki Tuhan sekarang?
Dengan selalu berfikir teologis melalui konsep PL-PB ini, kita bisa terhindar dari ekstrem kiri yang mengagungkan legalitas, dan aturan agamawi, atau ekstrem kanan yang tidak menghitung lagi nilai-nilai prinsip hakiki dalam taurat (aturan-aturan kehidupan orang Israel).
***
Dalam Perjanjian Baru, setelah Yesus selesai, dibangkitkan, dan naik ke Surga, Dia masih memberi perintah untuk ditaati, yaitu menanti Roh Kudus.
Pribadi Roh Kudus ini menjadi pengganti dari Yesus dalam Perjanjian Baru. Dengan kata lain, mengandalkan Yahweh sama dengan percaya Yesus sebagai Kurios dan juru selamat, sekaligus harus hidup mengandalkan Roh Kudus.
TERKAIT : Pneumatologi, Pemikiran Yang Belum Selesai
Yoh 16:13 secara eksplisit mengatakan bahwa Roh Kudus adalah manifestasi Yesus di muka bumi di era Perjanjian Baru, sekarang.
Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. (yoh 16:13)
Paulus menerangkan pengajaran Yesus dengan menyebutkan istilah “dipimpin Roh Kudus”. Kepada jemaat Roma (Rom 8:14) dan kepada Galatia (Gal 5:25) frasa itu diwahyukan. Dalam Rom 8 dipakai istilah hidup dalam Roh sebagai arti yang lebih luas dari hidup dipimpin Roh.
Lebih lanjut, Rom 8:16 mengatakan “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. ” artinya, posisi kita sebagai anak Allah hanya dapat mengerti secara rohani (bukan hanya secara kognitif) apabila Roh Kudus dan roh kita “bersama-sama”. Suatu pengertian yang sangat luar biasa.
Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana sebenarnya hidup dipimpin Roh Kudus yang adalah manifestasi dari mengandalkan Tuhan?
TERKAIT : Mengartikan 9 Karunia Supranatural Sebagai Cara Roh Kudus Memimpin
Penulis : Hanny Setiawan
Keterangan : Bagian I dari Tiga Artikel “Dipimpin Roh Kudus” – IKRI