4 Area Peperangan Rohani, Pendekatan Membangun GerejaNya
BeritaMujizat.com – Teologi – Peperangan rohani adalah sebuah kebenaran yang harus diterima para pengikut Kristus. Ketika Gereja sudah tidak mengajarkan dan mengingatkan lagi bahwa kita “sedang perang”, maka dengan gampang Gereja akan jatuh kedalam kesuaman (Why 3:16).
Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. (Ef. 6:11-12)
Dengan menghidupi Efesus 6:11-12, maka kita akan selalu aware (sadar) bahwa iblis selalu mengaum-maum mencari orang yang dapat ditelannya (I Pet 5:8). Dilain pihak, tanpa mempercayai bahwa setiap hari 24X7 adalah “waktu perang”, kita gampang lengah dan rawan tersandung dan bisa kalah.
Konsep teologi peperangan rohani ini seringkali diidentikan dengan kelompok karismatik/pentakosta yang suka “mengusir setan”. Sehingga terasa sekali kelompok-kelompok yang lebih akademis tidak begitu mengembangkan pemikiran-pemikiran tentang peperangan rohani ini.
Pemikiran bahwa peperangan rohani hanyalah bagikan dari pemikiran mistik membuat banyak lahirnya pemikiran-pemikiran teologis yang hanya dari ide manusia, tanpa pewahyuan dari Tuhan. Tidaklah mengherankan lahir teologi kristen LGBT, kristen Hypergrace, kristen Sosialis, dan kristen-kristen yang lain, yang pada dasarnya hanyalah pemikiran kosong filsafat manusia yang tidak ada kuasanya.
Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus. (Kol 2:8)
Di lain pihak, tanpa pemikiran teologis yang tepat, lahirlah kristen mistik yang hanya bermain di alam supernatural dan melahirkan berbagai macam ritual dan dan praktek penyembahan yang membuat kecanduan manifestasi yang biasanya berakhir kepada bidat (aliran sesat kristen).
***
Lukas 4:18-19 menunjukkan kepada kita “program kerja” Yesus selama di muka bumi seperti yang di nubuatkan nabi Yesaya.
Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku
untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.
Orang miskin, tawanan, buta, dan tertindas adalah 4 obyek pelayanan Yesus untuk di bebaskan. Dari keempat obyek ini, model peperangan rohani dibuat.
Orang miskin pada dasarnya adalah orang yang kekurangan uang (marketplace warfare/peperangan di dunia usaha) yang diperebutkan adalah wealth/kekayaan
Orang tawanan pada dasarnya adalah orang yang belum dibebaskan/diselamatkan (evangelistic warfare/peperangan dalam penginjilan) yang diperebutkan adalah people/orang
Orang buta pada dasarnya adalah orang yang tidak bisa melihat dengan benar (wordlview warfare/peperangan ide-pandangan hidup) yang diperebutkan adalah cara pandang/pola pikir yang benar
Orang tertindas pada dasarnya adalah orang yang terikat dengan roh-roh dunia (spiritual warfare – peperangan rohani) yang diperebutkan adalah area kehidupan rohani.
Berikut grafik model peperangan rohani dalam peperangan kerajaan. Dengan mengenali apa yang harus kita menangkan kita akan mudah fokus untuk menyiapkan strategi, pasukan, sampai sumber daya untuk mengambil bagian rohani kita.
***
Berdasarkan Luk 4:18-19 Yesus datang untuk memberikan kemenangan disemua area peperangan rohani yang kita hadapi. Yang harus kita kerjakan adalah mengenali strategi-strategi licik tipu muslihat iblis diarea-area tersebut dan melawan/menolaknya(I Pet 5:9).
Tugas dari para pemimpin rohani, gembala, mentor untuk menerapkan model peperangan rohani untuk membangun gerejaNya. Sehingga secara holistik jemaat Tuhan bisa bertumbuh dewasa dan tidak diombang-ambingkan angin pengajaran (Ef 4)
Yang miskin bisa berkecukupan, yang tertawan bisa dibebaskan, yang buta bisa melihat, dan yang tertindas di beri kelegaan itulah orang-orang yang menang. Kekristenan yang bergaya hidup cukup, mengalami sukacita keselamatan, berpola pikir kerajaan, dan hidup dalam kelegaan akan menjadi kekeristenan yang sehat dan berdampak.
Penulis : Hanny Setiawan
Sumber : Institut Karismatik Reformasi Indonesia