Pendidikan

Trinitas Perikoresis sebagai Pendekatan Belajar Active Learning


BeritaMujizat.com – Pendidikan – Perikoresis (berasal dari bahasa Yunani perichoreo yang artinya mencakup, melingkupi, meliputi) adalah salah satu konsep yang digunakan oleh para teolog Kristen untuk memahami doktrin mengenai Allah Trinitas antara Bapa, Anak dan Roh Kudus. Kata Latin yang setara untuk istilah tersebut adalah circumincessio.

Konsep ini merujuk pada Yohanes 14–17 sebagai dasarnya, yang menuliskan peristiwa-peristiwa Tuhan Yesus mengajar para murid perihal makna kepergian-Nya. Kata Yesus, Ia pergi kepada Bapa demi kepentingan mereka; sehingga Ia dapat datang kepada mereka ketika “Penolong yang lain” diberikan kepada mereka.

Kemudian, kata Yesus, para murid akan tinggal di dalam diri-Nya, sebagaimana Dia tinggal di dalam Bapa dan Bapa tinggal di dalam Dia, serta Bapa di dalam mereka. Menurut teori perikoresis, hal seperti itu dapat terjadi karena pribadi-pribadi Trinitas “saling mengandung Satu Sama Lain, sehingga Yang Satu secara permanen menyelubungi, dan secara permanen diselubungi oleh, Yang Lain yang tetap Ia selubungi”.

Perikoresis ini dapat dipakai sebagai model pembelajaran aktif (active learning) yang menjadi tuntutan dalam pembelajaran abad 21. Dalam perikoresis, hubungan dan interaksi guru dan murid dalam proses belajar mengalami perubahan yang radikal. Guru bukan lagi sebagai mandor yang memberikan tekanan supaya para murid mau belajar dengan tertib.

Kehadiran guru dalam pendidikan adalah mengajak atau menginspirasi murid sehingga memunculkan kegemaran belajar. Guru bahkan belajar bersama dan melibatkan anak lebih aktif dalam proses pembelajaran. Ide-ide atau informasi yang dimiliki anak menjadi pelengkap materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

Perikoresis dalam pendidikan ini juga mengubah sistem hukuman atau hadiah dalam pendidikan. Sistem hukuman dan hadiah dipakai dalam model pendidikan yang lama agar murid mempunyai kemauan belajar. Dalam perikoresis sistem hukuman atau hadiah ini diganti menjadi kolaborasi guru dan murid dalam mendesain dan menentukan hasil akhir pembelajaran.

Dalam hal ini murid mendapatkan “karunia” untuk menentukan cara atau pendekatan belajar yang sesuai dengan keunikan dan potensi yang ada dalam dirinya. Hal ini tentu tidak akan didapatkan dalam model pembelajaran lama karena mendesain dan menentukan hasil pembelajaran adalah otoritas penuh dari guru.

 

Penulis : Gilrandi ADP

Comments

Related Articles

Back to top button