Hidup Dalam Mandat IlahiRenungan HarianSpiritualitas

Peperangan Sesungguhnya


PEPERANGAN SEBENARNYA

Bacaan :  Kej 3:1-7

Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. (Kej 3:6).

Apabila kita melihat keadaan sekarang, masalah kehidupan manusia di kehidupan pribadi, rumah tangga, pekerjaan, bangsa, sampai masalah global, yang nampak adalah begitu banyak masalah yang harus dituntaskan. Peperangan yang multidimensi membuat akhirnya manusia menjadi apatis dengan mandat Ilahi, dan hanya berfikir praktis untuk bagaimana bisa bertahan hidup.

Kita yang seharusnya menguasai bumi, akhirnya bumi yang menguasai kita.  Pekerjaan, rumah tangga, bahkan sampai urusan yang bersifat rohani pun berkutat di masalah kehidupan, bukan bagaimana menyelesaikan mandat. Sebuah ironi yang harus kita cari akar permasalahan, dan kita selesaikan.

Awal permasalahan dimulai dengan percakapan antara Hawa dan si Ular. Dan tawaran awal dari si bapa pembohong adalah menjadi seperti Allah dan mengetahui baik dan jahat.

Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi  Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” (Kej 3:4–5).

Dua kebohongan yang ditawarkan adalah “menjadi seperti Allah”, dan “tahu tentang yang baik dan jahat”. Manusia diciptakan menurut segambar dan serupa Allah (Kej 1:27-28), jadi pernyataan si pembohong itu menafikan identitas Ilahi yang ada dalam diri kita. Manusia sejak awalnya sudah diciptakan memiliki sifat dan kodrat Ilahi. Kebohongan soal identitas ini yang selalu menghantui, dan menjadi peperangan esensi.

Yang kedua, manusia sebenarnya tidak didesain untuk tahu yang jahat, tapi sepenuhnya percaya dan taat bahwa perintah Tuhan adalah baik. Tapi akibat dari makan buah pengetahuan baik dan jahat, maka sejak itu “terbukalah mata” manusia akan yang jahat.

Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. (Kej 3:7).

Ada pengetahuan yang jahat yang seharusnya tidak diketahui manusia akhirnya diketahui, dan pengetahuan itu bersifat merusak. Inilah yang disebut Paulus adalah hikmat manusia (I Kor 2:5, I Kor 2:13).  Peperangan antara hikmat manusia melawan Ilahi ini adalah inti dari pertempuran yang sebenarnya.

Manusia memikirkan yang baik, tapi Tuhan memikirkan yang benar. Kepada jemaat di Roma, Paulus mengajarkan tentang dua keinginan yang daging, dan roh.  Pertempuran antara daging dan roh ini menjadi pertempuran kita setiap hari. 

Manifestasi dari keinginan daging bisa bermacam-macam bentuknya, tapi intinya akan bermuara kepada hilangnya shallom atau damai sejahtera. Rom 8:6 tertulis, ” Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.”

Apapun masalah yang kita hadapi sekarang, solusinya tidak ada diluar, tapi ada didalam kita sendiri. Roh Kudus memimpin kita untuk mengerti pikiran dan perasaan Yesus sehingga kita bisa hidup sebagai anak-anak Allah yang serupa dan segambar dengan Dia (Rom 8:14).

Pendalaman Alkitab:

Kata melihat dipakai kata dalam bahasa Ibrani, raah (h7200) yang artinya melihat, membedakan, terbuka, mengalami, kagum, menjadi sadar, mengalami, dan telanjang.  Sebutan Yehova Jireh (Kej 24:14) berasal dari kata Yehova (h3078) dan Raah (h7200) artinya Tuhan yang melihat. Tuhan adalah Tuhan yang menyediakan karena Dia bisa melihat semua yang dibutuhkan.

Penulis: Hanny Setiawan

HDMI (Hidup Dalam Mandat Ilahi)  adalah adalah konsep pengajaran holistik yang membawa kekristenan tidak berhenti kepada kesalehan pribadi, tetapi berfokus kepada Membangun Tubuh Kristus. Selama 49 Hari penulis mengajak untuk Menghidupi Tujuan Ilahi, Memahami Desain Awal, Mengalahkan Dunia, Melakukan Yang Seharusnya, Menjalani Kehidupan, Menyiapkan Jalan, Menggenapi Janji.

Comments

Related Articles

Back to top button