Editorial

Penjara Ahok, Pesan Profetis Natal 2017


Screen Shot 2017-12-25 at 2.56.04 PM

BeritaMujizat.com – Editorial – Tahun 2017 bagi Gereja Tuhan adalah tahun titik balik yang besar (major turning point), secara rohani 500 tahun reformasi mengingatkan kepada kita bahwa Gereja pernah mengalami perubahan total di tahun 1517.  Dalam alur pemikiran itu, dinginnya Penjara Ahok di Mako Brimob seakan-akan memberikan signal perubahan total sebagai pesan profetis Natal 2017.

Reformasi protestan (Martin Luther)  terjadi setelah  kurang lebih 1100 tahun Kaisar Konstantin mengeluarkan Edict of Milan yang membuat Kekristenan menjadi agama negara, pada waktu itu  sebuah musim yang baru di mulai.

Kekaisaran Romawi yang selama masa hidup Yesus Kristus begitu mendominasi, bahkan menjadi fasilitator utama tersalibnya sang Immanuel akhirnya dikalahkan bukan dengan pedang tapi dengan iman. Itulah fakta sejarah yang memperlihatkan bagaiman Kekristenan mengubah sebuah peradaban.

Iman Kristen yang benar tidak disebarkan dengan pedang dan kebencian, tapi dengan Kasih yang termanifestasi dalam penyembahan kepada Tuhan dan pelayanan kepada sesama manusia.

Bagi Indonesia, tahun 2017 dipenuhi dengan kasus Ahok. Pilkada DKI 2017 adalah sebuah titik balik setelah eforia Jakarta Baru (2012), dan Indonesia Baru (2014), tiba-tiba Jokowi-Ahok harus terpisah, dan Jakarta harus berubah.

Dengan tingkat kepuasan 70%, ternyata Ahok harus kalah, bahkan sampai dipenjara setelah demo agama berjilid-jilid yang sampai memaksa Kapolri dan Presiden RI untuk turun menenangkan. Tidak bisa tutup mata, kasus Ahok telah memaksa semua pihak di NKRI untuk berfikir.

Pihak nasionalis terkejut bukan kepalang ketika melihat bahwa radikalisme sudah merambah dari RT, sampai ruang-ruang DPR, bahkan Istana Negara pun terkesan sampai harus “bersih-bersih”.

Bagi agama mayoritas, kasus Ahok pun membuat PR yang berkepanjangan. Pertarungan antara Islam Nusantara dan Islam fundamentalis yang dibayangi Islam politis adalah pertempuran ideologis yang tidak main-main.

Sebagai negara Republik yang berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi mempengaruhi dunia melalui jalur agama Islam. Ketika yang disuarakan dari Indonesia adalah Islam moderat bisa dibayangkan bagaimana Indonesia bisa menjadi partner bagi Amerika, Eropa, dan Timur Tengah untuk menjadi solusi jalan tengah menjembatani tiga budaya besar yang sedang tarik menarik pengaruh : Barat, Yahudi, dan Islam.

Bagi Gereja Tuhan di Indonesia, kasus Ahok membuat GerejaNya terbangun dari tidur. Gereja yang selama ini asyik di ruang-ruang teologi, mimbar-mimbar gereja lokal dengan layar-layar LED megahnya harus mulai melihat realitas bahwa satu Ahok mampu membuat bangsa, bahkan bangsa-banga untuk menengok.

Ahok bukan orang yang sempurna, seperti layaknya semua kita orang percaya. Tapi satu hal yang pasti Ahok punya panggilan untuk memberkati bangsa ini, dan melalui kelemahannya Tuhan sedang memakai dia untuk memperlihatkan sepertia apa seharusnya WNI Kristen itu.

WNI Kristen itu seharusnya Bersih, Transparan, dan Profesional dalam apa yang kita kerjakan. Tidak hanya di politik, tapi juga dibisnis, apalagi dalam organisasi Gereja atau sosial. Bukan hanya itu, Ahok yang ada dalam pusaran politik bangsa adalah wujud pesan inkarnasi yang kita percaya.

Allah menjadi manusia adalah pesan Natal yang utama. Tidak ada jarak antara Allah dan manusia, Dia menjadi imam besar yang bisa merasakan semua yang dialami manusia (Ibr 4:15). Gereja Tuhan harus mencontoh Ahok dan masuk dalam pusaran masyarakat Indonesia, dan semakin “merasakan” denyut jantung masyarakat.

Dualisme antara rohani-sekuler telah membuat Gereja menjadi eksklusif, tapi pendekatan holistik dan inkarnatif yang Yesus sudah berikan contoh di Betleheman adalah pendekatan yang lebih tepat.

Natal 2017 biarlah menjadi wake up call bagi seluruh WNI Kristen terutama para pemimpin, pengurus, dan organisasi gereja. Politik dan hukum adalah bagian kehidupan yang tidak bisa dipisahkan dalam berbangsa. Kehidupan tidak hanya berkutat kepada mencari uang (marketplace), ataupun pelayanan gereja (church life).

Harus lebih banyak Ahok yang di-release ke masyarakat untuk menjadi garam dan terang. Anggap saja Ahok adalah “beta version”, dari WNI Kristen. GerejaNya harus menyiapkan versi 1, 2, 3, dan selanjutnya yang lebih kompatibel dan robust.

Gereja tidak boleh terpenjara lagi dengan teologi-teologi yang hanya berpusat kepada self-piety (kesalehan pribadi), apalagi berkat-berkat pribadi.

Natal dirayakan tiap tahun tapi tidak setiap tahun kita akan mengalami seperti tahun 2017. Tahun ini adalah tahun spesial, melalui kasus Ahok, Tuhan berteriak kepada GerejaNya, “Bangun, bertobatlah, persiapkan jalan bagi Dia untuk Indonesia Baru

Sebagai sebuah kesimpulan, di awal Tuhan diingatkan pentingnya GerejaNya mulai keluar dari tempurung organisasi dan menghidupi agendaNya sebagai Tubuh Kristus (Baca : Pesan Apostolik Untuk Tubuh Kristus di Indonesia 2017), di tahun yang sama 2017, kasus Ahok mencuat suddenly. Apakah Tuhan masih harus memberikan bukti-bukti yang lain supaya kita percaya?

Ini waktunya anak-anak Tuhan menyelaraskan diri masing-masing di bagian masing-masing politik, sosial, bisnis, pendidikan, entertainment, seni, budaya, olah raga dan lain-lain untuk mengerjakan Indonesia Baru bersama-sama dengan Saudara -Saudara sebangsa tanpa melihat agama, suku, ras, bahkan kepentingan politis. Itulah tugas kita, WNI Kristen!

 

Penulis : Hanny Setiawan.

 

Comments

Related Articles

Back to top button