Hidup Dalam Mandat IlahiRenungan HarianSpiritualitas

Menghidupi Hak Kesulungan


MENGHIDUPI HAK KESULUNGAN

Bacaan :  Kej 25:27-34

Sahut Esau: “Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?” Kata Yakub: “Bersumpahlah dahulu kepadaku.” Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya. (Kej 25:32).

Pertanyaan Esau adalah pertanyaan yang sangat penting untuk dijawab dengan benar, “apakah gunanya hak kesulungan itu”.  Kisah hidup Yakub dan Esau menjadi bertolak belakang, Yakub menjadi Israel (pahlawan Allah), bahkan namanya menjadi nama bangsa terpilih. Yakub menjadi “pendiri bangsa” atau (founding father) dari Israel, sementara Esau akhirnya menjadi pendiri bangsa Edom yang melawan Tuhan.

Jual beli (trading) antara Yakub dan Esau ini berharga sangat mahal. Roti dan kacang merah menjadi penukar bagi hak yang mahal, hak kesulungan. Dalam surat Ibrani, perbuatan Esau menjual hak keesulungan disebut sebagai nafsu yang rendah, membuang berkat, dan tidak bisa dicari lagi.

Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata. (Ibr 12:16-17).

Lalu apa artinya hak kesulungan itu sebenarnya bagi kita? Paulus kepada jemaat Roma, Korintus, Kolose, dan orang-orang Ibrani perantauan mengajarkan bahwa Yesus adalah yang sulung (Rom 8:29; I Kor 15 20,23; Kol 1:15,18; Ibr 1:6), dan jemaat Roma telah menerima karunia sulung Roh (Rom 8:23).

Hal ini jelas merujuk bahwa didalam Yesus ada hak kesulungan yang digambarkan perjanjian lama.Di dalam Yesus kita memiliki hak kesulungan yang berupa warisan rohani dari Abraham (Gal 3:29). Itulah yang disebut Paulus sebagai karunia sulung Roh yang sudah diterima (Rom 8:23).

Menjual hak kesulungan berarti menukar Yesus dalam hidup kita dengan hal-hak duniawi. Hal ini serupa dengan ujian pertama Yesus di padang gurun.

Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.” Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (Mat 4:3-4).

Inilah yang disebut pragamatisme. Kehidupan yang disederhanakan hanya pada soal perut dan kehilangan arti kekekalan. Hak kesulungan diberikan karena rencana besar Allah trinitas untuk membawa kembali manusia kembali kerencana semua, menjadi keluarga Ilahi dalam KerajaanNya bersama-sama Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus.

Tapi kebutuhan, keinginan, dan mata yang dibutakan membuat kita hanya memandang yang didepan mata jasmani. Daud pernah melakukan kesalahan fatal dengan mengambil istri orang, dan membunuh suaminya, dan dia berteriak dalam Maz 51, tidak akan mengulang lagi. Dia tidak mau kehilangan sukacita keselamatan itu. Dosa itu membuat dia sungguh-sungguh bertobat dengan penyesalan sangat dalam.

Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamatyang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! (Maz 51:11-12).

Dunia adalah dunia perdagangan. secara rohani, setiap hari kita akan ditawari untuk menjual dan membeli sesuatu . Jangan jual Yesus dan berkat-berkatnya, jangan beli dari sijahat semua kebohongan dan segala kutuknya.

Pendalaman Alkitab:

Kata berkat dalam bahasa Yunani memakai kata eulogia (G2129) yang artinya pujian, ucapan syukur, ucapan untuk memuji seseorang. Padanan kata dalam bahasa Ibrani berakah (h1294) digunakan dalam II Taw 20:26 sebagai lembah pujian. Dalam bahasa Arab kata yang sama menjadi barokah yang artinya nikmat, dan berkah. Dalam pujian mengandung berkat, dan dalam berkat mengandung pujian, itulah nikmat yang Tuhan berikan.

Penulis: Hanny Setiawan

HDMI (Hidup Dalam Mandat Ilahi)  adalah adalah konsep pengajaran holistik yang membawa kekristenan tidak berhenti kepada kesalehan pribadi, tetapi berfokus kepada Membangun Tubuh Kristus. Selama 49 Hari penulis mengajak untuk Menghidupi Tujuan Ilahi, Memahami Desain Awal, Mengalahkan Dunia, Melakukan Yang Seharusnya, Menjalani Kehidupan, Menyiapkan Jalan, Menggenapi Janji.

Comments

Related Articles

Back to top button