Hidup Dalam Mandat IlahiRenungan HarianSpiritualitas

Melihat Sendiri


MELIHAT SENDIRI

Bacaan :  Kej 26:1-35

Jawab mereka: “Kami telah melihat sendiri, bahwa TUHAN menyertai engkau; sebab itu kami berkata: baiklah kita mengadakan sumpah setia, antara kami dan engkau; dan baiklah kami mengikat perjanjian dengan engkau, (Kej 26:28).

Karena kelapran yang terjadi, Ishak pergi ke Gerar daerah Filistin di zaman Raja Abimelekh. Tuhan sendiri yang menyatakan langkah itu ke Ishak (Kej 26:2-5) bahwa penyertaan Tuhan kepada Ishak tetap meskipun berada di tanah orang asing.

Berada di negeri orang, Ishak mulai bekerja. Dikatakan dia mulai menabur benih di tanah Gerar. Ditahun yang sama, Ishak mendapatkan hasil 100 kali lipat. Bahkan dikatakan ia menjadi kaya, kian kaya, dan sangat kaya.

Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN. Dan orang itu menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya. (Kej 26:12-13).

Ishak diberkati. Hanya itu yang bisa menjelaskan bagaimana dia bisa bisa menuai ditahun yang sama, bahkan menjadi sangat kaya. Bahkan raja Abimelek mengatakan, “..Pergilah dari tengah-tengah kami sebab engkau telah menjadi jauh lebih berkuasa dari pada kami.” (Kej 26:16).

Esau pun pergi menjauh ke lembah Gerar, dan mulai menggali sumur-sumur tua yang ayahnya Abraham pernah menggali. Dimulai dari Esek (Kej 26:20) dan Sitna (Kej 26:21), kedua sumur itu menimbulkan pertengkaran dengan gembala Gerar, maka dia pergi lagi menggali Rehobot (Kej 26:22), dimana dikatakan Tuhan memberikan kelegaan.  Tetapi “kelegaan” pun tidak cukup, Ishak tetap pergi sampai ke Bersyeba untuk mencari air, akhirnya di Bersyeba-lah Abimelekh dan Pikol panglima perangnya mengatakan, “Kami telah melihat sendiri, bahwa TUHAN menyertai engkau;…” (Kej 26:28a).

Mereka mengadakan perjanjian damai dengan Ishak, dan saat itulah di Bersyeba, Ishak menemukan mata air yang tidak berhenti lagi.

Pada hari itu datanglah hamba-hamba Ishak memberitahukan kepadanya tentang sumur yang telah digali mereka, serta berkata kepadanya: “Kami telah mendapat air.”  (Kej 26:32).

Frasa “Pada hari itu” memperlihatkan di saat yang tepat, tidak pernah terlambat, atau terlalu cepat, dan selalu tepat, itulah waktuNya Tuhan. Tepat setelah perdamaian dengan penguasa tanah Gerar, maka mata air Bersyeba ditemukan.

Ishak memperlihatkan kepada kita bagaimana hidup dalam kehendak, cara, dan waktu Tuhan adalah hidup dalam lingkaran berkat Ilahi. Orang lain bisa melihat Ishak dari apa yang dikerjakannya.

Mula-mula orang-orang dunia akan iri, setelah itu kagum, akhirnya menjadi takut akan Tuhan. Karena ada otoritas dan kuasa dari apa yang dikerjakan Ishak. Abimelekh dan Pikol menggambarkan “penguasa tanah” atau “orang kuat” (stronghold) yang menguasai tanah Gerar.

Dengan cara Tuhan, di waktu Tuhan, Ishak dapat menaklukan mereka bukan dengan perang, tapi melakukan yang benar (kehendak Tuhan). Ishak menghindari pertikaian (sama dengan Abraham dan Lot), Ishak mengikuti jejak-jejak Abraham, dan Ishak tidak pernah berhenti. Ishak hanya melakukan apa yang harus dilakukan sebagai anak Abraham, dan dia diberkati.

Sebagai murid Yesus, yang perlu kita lakukan hanya mata kita tertuju kepada Yesus (Ibr 12:2), dan sebagai hambaNya kita hanya melakukan apa yang harus kita lakukan (Luk 17:10), dan sebagai anak kita hanya bisa mengerjakan apa yang Bapa kita kerjakan (Yoh 5:19). Karena sebenarnya anak-anak Tuhan dinantikan segala makhluk (Rom 8:19). Mereka melihat Yesus didalam kita!

Pendalaman Alkitab:

Kata altar dalam bahasa Ibrani menggunaka kata mizbeach (H4196) yang diterjemahkan mezbah, berasal atau berhubungan langsung dengan kata zabach (h2076) yang berarti mengorbankan, membantai, menjagal. Artinya, Setiap kali membangun mezbah, selalu ada korban yang diberikan. Salib adalah altar dan mezbah terbesar dimana anak domba Allah dikorbankan dan disembelih (Yoh 1:29, Why 5:12)

Penulis: Hanny Setiawan

HDMI (Hidup Dalam Mandat Ilahi)  adalah adalah konsep pengajaran holistik yang membawa kekristenan tidak berhenti kepada kesalehan pribadi, tetapi berfokus kepada Membangun Tubuh Kristus. Selama 49 Hari penulis mengajak untuk Menghidupi Tujuan Ilahi, Memahami Desain Awal, Mengalahkan Dunia, Melakukan Yang Seharusnya, Menjalani Kehidupan, Menyiapkan Jalan, Menggenapi Janji.

Comments

Related Articles

Back to top button