Hidup Dalam Mandat IlahiRenungan HarianSpiritualitas

Melangkah Keluar


MELANGKAH KELUAR 

Bacaan :  Kej 25:27-34

Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka kasih kepada Yakub. (Kej 25:28).

Konflik keluarga dalam keluarga Ishak, dimulai dari respon Ishak dan Ribka yang salah dalam mengasuh dua anak kembarnya. Ishak dan Ribka memilih-milih dalam mengasihi. Hal yang sama terjadi dalam keluarga Abraham, Ismael dan Ishak adalah korban dari keluarga yang bermasalah. Dan ternyata, permasalahan dalam keluarga Ishak akhirnya “menurun” juga kepada keluarga Yakub.

Seluruh anak-anak Yakub bersekutu untuk menipu dan membunuh Yusuf adik yang disayang Yakub karena kebencian (Kej 37:3-4). Sebuah gambar keluarga yang salah didik, dan tidak berfungsi normal.

Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia. Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah. (Kej 37:3-4).

Ketika sampai generasi ke-4, dua anak Yusuf, Efraim dan Manasye, mengalami hal yang sama seperti Esau dan Yakub. Yang bungsu menjadi tuan atas yang sulung (Kej 48:13). Efraim si sulung diberkati dengan tangan kiri, dan Manasye dengan tangan kanan. Bahkan sampai generasi ke-empat, “pola rohani” Ismael-Ishak, Esau-Yakub, dan Efraim-Manasye masih terjadi.

Keempat Bapak utama dalam sejarah Israel, yaitu Abraham, Ishak, Yakub dan Yusuf kesemuanya mengalami pola masalah keluarga yang sama, terutama tiga generasi yang pertama. Bahkan masalah keluarga Abraham secara rohani sampai sekarang tetap menjadi masalah. Keturunan Ismael, dan Ishak tidak pernah bisa menjadi satu, bahkan berperang satu dengan yang lain (Gal 4:24).

Dalam cerita yang lain, Samuel lahir dari keluarga yang berantakan, ayahnya Elkana mengambil istri muda Penina, yang menyakiti ibunya Hana (I Sam 1:1-6).  Ditambah, Samuel dipelihara keluarga Imam Eli juga mengalami masalah karena kedua anaknya yang bejat Hofni dan Pinehas (I Sam 3, 4). Akhirnya, kedua anak Samuel (Yoel dan Abia) pun bermasalah dan ketika menjadi hakim atas Bersyeba mengejar laba, dan memutarbalikkan keadilan (I Sam 8:1-3).

Kalau cerita ini dilanjutkan, pola yang sama terus terjadi. Samuel yang mengurapi Daud menjadi Raja Israel bisa dianggap seperti “bapa rohani” dari Daud, kemudian kita melihat bagaimana Daud mengalami konflik-konflik keluarga dengan anak-anaknya. Bahkan menjadi Mazmur yang memperlihatkan betapa pedihnya hati Daud, ketika dia harus perang dengan keluarganya sendiri.

Mazmur Daud, ketika ia lari dari Absalom, anaknya. Ya TUHAN, betapa banyaknya lawanku! Banyak orang yang bangkit menyerang aku; banyak orang yang berkata tentang aku (Maz 31:1-3)

Kita hidup dalam keluarga, dididik dalam sebuah sistem budaya masyarakat, dan secara rohani pun kita berasal dari Adam dan Hawa yang memang mewariskan tabiat dosa. Artinya, banyak pola-pola leluhur, dan nenek moyang kita yang kadang sadar, ataupun seringkali tidak sadar kita hidupi terus menurus.

Inilah yang disebut kutuk generasi, yang kita harus bisa keluar dari itu. Didalam Yesus semua kutuk sudah dilepaskan, dan semua perjanjian sudah diperbaharui. Tapi kita harus mengerti si jahat adalah jaksa pendakwa (Why 12:10) yang sangat teliti dan terus mengaum seperti singa, untuk memastikan kita tidak menikmati berkat-berkat yang seharusnya kita terima di dalam Yesus (I Pet 5:8).

Bapak-bapak kami berbuat dosa, mereka tak ada lagi, dan kami yang menanggung kedurjanaan mereka.  (Rat 5:7)

Kita harus keluar dari pola, kutuk, dan hidup yang lama, dan memulai lagi yang baru bersama dengan Yesus Kristus. Hidup dalam janji, dan menghidupi maksud abadiNya (Ef 3:11). Paulus mengatakan aku melupakan semua yang dibelakang dan menganggap itu sampah, dan berlari kepada tujuan (Fil 3:8). Itulah yang harus juga kita kerjakan.

Pendalaman Alkitab:

Kata kutuk dalam bahasa Ibarai digunakan kata arar (h779), dan kata katara (G2671) diartikan pahit, jijik, sumpah, laknat. Sebuah kondisi terikat yang terjadi karena akibat sebuah hukuman yang bersifat supranatural. Artinya, kita tidak bisa melepaskan kutuk dengan kekuataan biasa. Yang bisa melepaskan kutuk hanyalah, kuasa yang lebih besar dari kutuk itu sendiri. Itulah sebabnya korban Yesus dikayu salib dinubuatkan dengan istilah, “terkutuklah orang yang digantung dikayu salib” (Gal 3:13). Yesus terkutuk untuk kita, supaya melalui kebangkitanNya kita dilepaskan.

Penulis : Hanny Setiawan

HDMI (Hidup Dalam Mandat Ilahi)  adalah adalah konsep pengajaran holistik yang membawa kekristenan tidak berhenti kepada kesalehan pribadi, tetapi berfokus kepada Membangun Tubuh Kristus. Selama 49 Hari penulis mengajak untuk Menghidupi Tujuan Ilahi, Memahami Desain Awal, Mengalahkan Dunia, Melakukan Yang Seharusnya, Menjalani Kehidupan, Menyiapkan Jalan, Menggenapi Janji.

Comments

Related Articles

Back to top button