Daily Seeking GodRenungan Harian

Kebutuhan Akan Tuhan (1)


Tidak semua manusia merasa memerlukan Tuhan. Dengan segala yang dimiliki, dan kemampuannya kadang keberadaan Tuhan malah dirasakan mengganggu. Aturan-aturan Ilahi yang diturunkan dalam kitab suci menjadi sesuatu yang menggangu hak asasi.
Cerita bahwa manusia sudah melanggar perintah Tuhan di taman Raja dan akibatnya kehilangan kemuliaan Tuhan (Kej, Rom 3) menjadi cerita dongeng yang tidak berarti. Tuhan tersingkir di keramaian dunia modern, bahkan dalam hiruk pikuk pelayanan gereja, seakan-akan Tuhan tidak dibutuhkan lagi.

Disaat seperti itulah kesesakan, masalah, problem, sakit penyakit, dan jalan-jalan buntu yang lain menjadi ALAT ILAHI untuk mengetuk hati nurani manusia. Tuhan memberi kesempatan kita untuk KEMBALI kepadaNya. Daud menyatakan dengan tepat kondisi ini di Mazmur dengan mengatakan

Dalam kesesakan aku telah berseru kepada TUHAN. TUHAN telah menjawab aku dengan memberi kelegaan. (Maz 118:5)

Kita akan merasakan BUTUH TUHAN ketika ada kebutuhan hidup yang tidak bisa di jawab dengan uang, posisi, atau pun dengan upaya manusia yang terbatas.
Itulah sebabnya ada panggilan dari Kristus untuk kita semua, sebuah panggilan kudus.

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.  Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan (Mat. 11:28-30)

Paulus mengatakan melalui Rom 8:28 bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi semua orang yang mengasihiNya. Artinya, masalah kehidupan dipakaiNya untuk membawa manusia bergantung sepenuhnya kepada sang pencipta.  

Kemakmuran, kenyamanan, kepandaian, kekayaan, dan berkat-berkat seringkali justru membawa kita jauh dari Tuhan. Di sisi yang lain, hikmahnya adalah masalah membawa kita butuh, perlu, dan lapar akan Tuhan.

Daily Seeking God
– 10 Tahun Perenungan Mencari Tuhan –
Daily Seeking God adalah kumpulan tulisan Hanny Setiawan selama 10 tahun.  Ditulis secara spontan ketika ada pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri.  Dengan mengikuti “renungan harian” ini diharapan bisa mengerti pergumulan batin selama 2009-2019 penulis.

 

Comments

Related Articles

Back to top button