Daily Seeking God

Hasrat Ilahi


Firman Tuhan banyak berisi himbauan, desakan, bahkan perintah untuk mencariNya. Bahkan gambaran kerinduan Tuhan untuk ditemukan dan dikenali sangat jelas dalam setiap cerita dari kitab ke kitab.

Puncaknya adalah Kristus sendiri yang adalah gambaran sempurna dari kepribadian Allah dinyatakan kepada kita. Perhatikan ayat berikut:

“Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan” (Kol. 2:9).

Tentunya semua ada alasannya. Mengapa Dia begitu berhasrat akan kita. Apa yang baik dari kita? Jawabannya adalah kasih tanpa syarat (Unconditional Love). Inilah yang saya sebut dengan hasrat Ilahi yang tidak terpahami oleh manusia.

I Yoh. 4:9 mengatakan “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.” Kita di tantang untuk mencari dan memburu hasrat sepert ini. Semakin kita mengenaliNya semakin kita mengerti misteri dari hasrat Ilahi ini. Bahkan sampai satu titik kita akan dipenuhi, didorong, dan sepenuhnya digerakkan oleh hasrat Ilahi ini.

Yeremia adalah seorang nabi yang luar biasa. Selama dia melayani, dia di tolak oleh bangsa yang dia layani. Kitab Yeremia memperlihatkan keluhan-keluhannya. Tetapi setiap kali dia mau berhenti. Ada sesuatu yang mendorong dia bangkit kembali. Itulah hasrat Ilahi. Perhatikan kata-kata Yeremia berikut ini:

Tetapi apabila aku berpikir: “Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya”, maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup. (Yer. 20:9).

Api yang menyala dalam hati dan terkurung dalam tulang inilah HASRAT ILAHI. Sesuatu yang sangat tidak bisa dimengerti. Tanpa parameter. Tanpa syarat. Bahkan dalam kitab ratapan yang terkenal. Disaat yang sangat berat dan keadaan yang sangat kacau, Yeremia masih bisa mengatakan “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu” (Rat. 3:22-23). Luar biasa bukan?

Hasrat inilah yang kemudian kita kenal dengan sebutan belas kasihan atau compassion. Setiap kali Yesus berbelas kasihan, saat itu juga mujizat terjadi. Kekuatan Allah nyata dalam hasratNya. Sebab itu, hasrat inilah kekuatan kita untuk mengerjakan tujuan Ilahi dalam hidup kita.

Tanpa memiki hasratNya kita memiliki kekuatan. Paulus mengerti hal itu juga. Dia menyebut hasrat Ilahi ini dengan istilah Kasih Karunia. Dia mengatakan :

“Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku” (I Kor. 15:10).

Yohanes juga mengerti. Dia menyadari Kasih yang mencintai lebih dahulu (I Yoh. 4:19), dan juga dengan indah dia menyatakan bahwa apabila kita tidak hidup dalam kasih yang semacam itu kita tidak mengenalNya.

Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih ( I Yoh. 4:9).

Ini semua mengerucut kepada suatu kesimpulan bahwa kita harus memiliki hasrat Ilahi tersebut. Berapa pun harganya, betapa pun sulitnya, apa pun tantangannya, kita harus meminta, mencari, mengetok pintu Kerajaan sampai kita memahami betapa panjang dan lebar dan tinggi Hasrat Ilahi (Ef. 3:18-19). (yhs)

 

Daily Seeking God
– 10 Tahun Perenungan Mencari Tuhan –

Daily Seeking God adalah kumpulan tulisan Hanny Setiawan selama 10 tahun.  Ditulis secara spontan ketika ada pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri.  Dengan mengikuti “renungan harian” ini diharapan bisa mengerti pergumulan batin selama 2009-2019 penulis.

Comments

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button